Menghadapi Gelombang Produk Modern, Perajin Ban Bekas Kabunan Tegal Bertahan

PUSKAPIK.COM, Slawi – Pasar produk rumah tangga modern kini merambah hampir semua pusat perbelanjaan dan pasar tradisional di Indonesia, yang berdampak signifikan terhadap para perajin perabot rumah tangga tradisional. Produk-produk dengan teknologi tinggi dan desain canggih semakin mendominasi pasar, mengancam keberadaan kerajinan tangan lokal yang mengandalkan teknik tradisional.

 

Namun, hal ini tidak berlaku bagi perajin ban bekas di Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, yang terus bertahan di tengah persaingan ketat ini. Perajin yang jumlahnya mencapai 200 orang itu, tetap bertahan dengan kreasi dan inovasi baru.

 

Perajin ban bekas Kabunan, Muhammad Sowam (49) mengatakan, perajin ban bekas di Kabunan masih tetap bertahan hingga saat ini. Hal itu dibuktikan dengan dirinya yang masih tetap produksi. Padahal, Sowam merupakan generasi ke-4 keluarga perajin ban bekas di Kabunan. Kendati banyak barang-barang modern yang dibuat dengan teknologi tinggi, namun kerajinan ban bekas masih diminati masyarakat.

 

“Kami masih menerima permintaan tempat sampah, pot bunga, kursi, meja hingga sandal,” kata Sowam saat ditemui di rumahnya, Rabu (21/9/2024).

 

Dikatakan, warga Desa Kabunan mengolah limbah ban bekas menjadi barang yang bernilai harganya, sejak puluhan tahun lalu. Namun, perajin memang harus kreatif dan inovatif. Awalnya, para perajin hanya membuat tong sampah dari ban bekas secara sederhana. Kini, mulai menggunakan cat untuk memperindah tampilan. Bahkan, tong sampah juga bisa dilukis dengan gambar sesuai dengan permintaan.

 

“Tong sampah kecil dijual Rp 50 ribu, dan tong sampah besar Rp 60 ribu. Jika tong sampah dicat dan digambar harganya antara Rp 70 ribu dan Rp 80 ribu,” terangnya.

 

Lebih lanjut dikatakan, untuk memproduksi satu tong sampah dibutuhkan sekitar 2-3 hari. Pasalnya, ban bekas harus dipotong dan didesain agar bisa menjadi tong sampah. Satu ban truk besar bisa menghasilkan 4 tong sampah.

 

“Kami dapat ban bekas dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya,” kata Sowam.

 

Ditambahkan, ban bekas tidak semuanya bisa digunakan untuk kerajinan. Hanya ban yang benar-benar rusaklah yang akan digunakan untuk dibuat menjadi kerajinan. Pasalnya, ban bekas yang masih tebal, bisa dimanfaatkan kembali dengan cara di ukir. Jika kondisi ban hanya botak pada bagian tapaknya, maka ban akan dipres kembali dengan karet untuk kemudian bisa dipakai di kendaraan.

 

“Jadi tidak hanya membuat kerajinan, tapi juga daur ulang ban agar bisa dipakai lagi,” pungkasnya.

Loading

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!