Bukan Sekedar Viral, Tapi Bergerak Karena Peduli

Oleh : Anisul Fahmi

Adnan Prasetyo (15), bocah asal Brebes yang kisah pilunya sempat mencuat di media sosial, kini resmi menjadi anak asuh Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma. Namun, tahan dulu simpulanmu. Ini bukan tentang viralitas semata. Ini tentang empati yang sudah ada dalam lubuk hati dan terus bekerja.

Bupati Paramitha merespon cepat, dan langsung turun tangan. Menugaskan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Brebes, Caridah untuk segara menemukan Adnan. Menjemputnya sendiri. Bahkan, Bupati sebagai orang tua asuh siap menyediakan peralatan sekolah, dan menanggung seluruh biaya hidup dan pendidikannya.

“Adnan sudah saya jemput. Sekolah dan kehidupan sehari-hari semuanya saya yang nanggung,” ujar beliau, tenang namun penuh makna.

Bupati juga membelikan Adnan sepeda. Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya alat transportasi. Tapi bagi Adnan, ini adalah simbol arah. Simbol perjalanan baru. Simbol bahwa dia diperhatikan, tidak lagi berjalan sendiri. Karena perhatian itu penting. Dan, yang lebih penting, gerakan yang lahir dari empati dan mengubahnya menjadi baik.

Kini, Adnan tinggal di Pondok Pesantren Assalafiyah Saditan, Brebes, dan akan melanjutkan sekolah di SMP pilihan. Tidak hanya aman secara fisik, tetapi juga lebih dekat dari lingkungan yang siap membimbing dan merangkulnya.

Perhatian publik memang datang cepat. Tapi gerakan empatik harus tetap ada dan terus berjalan. Faktanya, Kepala Dindikpora Kabupaten Brebes, Caridah, menegaskan bahwa percakapan tentang masa depan Adnan langsung dibahas begitu Bupati mendengarkan kisahnya.

“Adnan ingin sekolah, tapi ada banyak kendala. Setelah berdiskusi dengan Ibu Bupati, kami putuskan dia tinggal di pondok dan sekolah di Brebes, bukan di Bumiayu. Mungkin ada trauma karena keluarganya tidak ada,” ujar Caridah.

Data menunjukkan masih ribuan anak Brebes yang putus sekolah. Dimana, sebelum Paramitha menjadi Bupati Brebes itu masalah anak putus sekolah masih bergulat.

Data di Dapodik tahun 2023 menunjukkan 11.506 anak tidak sekolah, tapi ada kabar baik: terjadi penurunan signifikan dari 17.420 anak (2018) menjadi 11.506 anak (2023).

Meski demikian, Pemkab Brebes terus melakukan intervensi lewat GKS, PKBM, dan kelas hybrid untuk memastikan mereka kembali bersekolah.

Jadi, meski permasalahan anak putus sekolah itu belum selesai, upaya Pemkab Brebes benar-benar nyata dan berkelanjutan. Dan, kini yang menjadi tonggak masa depan, program dari Bupati Paramitha; “Satu Keluarga Satu Sarjana”: Mimpi yang Dibuat Nyata. Dimana, lewat program Satu Keluarga Satu Sarjana, Bupati Paramitha mendorong agar setidaknya satu anak di setiap keluarga yang kurang mampu bisa menempuh pendidikan tinggi.

Tujuannya sederhana, tapi diharapkan dampaknya luar biasa, yaitu menciptakan lompatan sosial antargenerasi, membangun mimpi baru, dan memutus rantai kemiskinan struktural. **

*Penulis : Ketua KNPI Kabupaten Brebes

Berita Lainnya di SMPANTURA.NEWS :

Loading RSS Feed
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!