Harga Gabah Anjlok, Begini Keluhan Petani Pemalang

Priyo Sehudin (35) petani di Desa Tambakrejo,Kabupaten Pemalang.FOTO/PUSKAPIK/ERIKO GARDA DEMOKRASI

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Petani di Kabupaten Pemalang menjerit karena anjloknya harga penjualan gabah saat ini. Wacana impor beras oleh pemerintah ditolak keras dan berharap dibatalkan, petani minta pemerintah mempermudah pembelian pupuk.

Priyo Sehudin (35), petani di Desa Tambakrejo, Kabupaten Pemalang, mengungkapkan, harga penjualan gabah sudah anjlok sejak Februari 2021 lalu.

“Kisaran Rp 360.000 atau 370.000 per-kwintal, itu (gabah) yang bagus, dan menggunakan mesin kombi. Kalau yang biasa kisaran Rp 300.000 per-kwintal, bahkan tidak laku,” ungkap Priyo, Jumat 19 Maret 2021.

Sebelumnya, kata Priyo, saat musim panen ke-3 sekitar Desember 2020, masih pada kisaran Rp 470.000 atau 480.000 per-kwintal.

“Biasanya kalau musim penghujan seperti ini, panen bulan Februari atau Maret, minim Rp 400.000 per-kwintal.” kata Priyo, ditemui Puskapik.com saat memantau panen padi.

Jika diperhitungkan, penjualan gabah untuk 1 hektare sawah mencapai 10 Juta. Namun, hasil itu tak seberapa dari modal yang dikeluarkan, mulai dari penanaman benih, penyewaan traktor, pupuk, dan masih banyak ongkos tak terduga lainnya.

Mendengar adanya wacana impor beras oleh pemerintah, Priyo menolak tegas. Menurutnya, rencana impor beras itu salah, karena harusnya impor tak dilakukan saat musim panen raya.

“Ini kan musim panen raya, dari Jawa Timur bahkan sampai Tangerang kan ini sedang panen, masa ngimpor. Justru harusnya pemerintah menyerap gabah petani lokal,” ujar Priyo.

Gabah milik Priyo sendiri, saat ini dipasok ke wilayah lokal, mulai dari Karawang, Cirebon, serta Demak. Itu pun hanya ke pelanggan, karena di berbagai wilayah masih panen.

“Petani itu kan tulang punggung, sekarang kalau banyak pabrik, kalau petani enggak ada, kita mau makan apa?. Bahkan pemerintah kan mengadakan lumbung, kenapa ngimpor? seharusnya kan beli di petani, disimpan, kemudian kalau ada gejala puso atau gagal panen dikeluarkan,” tandas Priyo.

Priyo berharap, wacana impor beras itu dibatalkan, dan beras hasil petani lokal diserap agar harganya standar. Kemudian, petani dipermudah untuk pembelian pupuk.

Untuk diketahui, Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Budi Waseso, mengaku tak mengusulkan impor beras pada tahun ini. Langkah impor beras ini muncul setelah pihaknya menerima perintah mendadak dari Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto.

“Kebijakan Pak Menko dan Pak Mendag, kami akhirnya dikasih penugasan tiba-tiba untuk melaksanakan impor,” beber Buwas, Rabu (17/3/2021). Dikutip dari Kompas.com

Penulis : Eriko Garda Demokrasi
Editor: Amin Nurrokhman

 

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!