PUSKAPIK.COM, Pemalang – Di balik deretan pertokoan Jalan Jenderal Ahmad Yani Kabupaten Pemalang, terdapat masjid sederhana bernama An-Nasiriyah yang menyimpan jejak sejarah.
Meski tak semegah masjid-masjid lainnya, namun Masjid An-Nasiriyah di Kabupaten Pemalang ini menjadi saksi bisu dinamika umat dan bangsa sejak sebelum Republik Indonesia merdeka.
Letak masjid tersebut berada di dalam gang kecil di antara deretan pertokoan Jalan Jenderal Ahmad Yani Kabupaten Pemalang dan masuk wilayah Dukuh Kademangan Kelurahan Kebondalem.
Sekilas wajah Masjid An-Nasiriyah ini tampak sederhana. Bagian dalamnya pun tak begitu luas. Bahkan mungkin bagian dalam masjid tak mampu menampung lebih dari 100 jemaah.
Namun, teras serta halamannya dilengkapi kanopi yang luas untuk bisa dimanfaatkan ibadah salat bagi para jemaah yang tak kebagian shaf di bagian dalam masjid.
Meski usianya sudah puluhan tahun, tetapi bangunan masjid tampak masih sangat kokoh. Kusen-kusen pintu dan jendela serta atapnya yang berbahan kayu jati pun masih sangat terawat, tanpa keropos.
Penamaan Masjid An-Nasiriyah sendiri diambil dari pendirinya yakni Kiai Nasir. Diperkirakan, bangunan tempat peribadatan ini sudah berdiri sebelum era kemerdekaan Republik Indonesia.
“Nama An-Nasiriyah itu untuk mengenang beliau Kiai Nasir, mbah saya. Tahun dibangunnya saya kurang tahu persis, tapi sebelum era kemerdekaan,” kata Muhammad Nasir (55), cucu Kiai Nasir, kepada puskapik.com, Kamis (10/7/2025).
“Karena dulu Bupati Kiai Makmur juga ikut ngaji disini,” imbuhnya.
Dalam perjalanannya, bangunan tersebut beberapa kali berubah-ubah status. Saat awal dibangun, statusnya adalah musala. Hingga akhirnya beralih menjadi masjid karena situasi darurat.
“Pertama musala, terus ada perang kemerdekaan, yang dulu pada sholat di Masjid Agung (Masjid Agung Nurul Kalam Pemalang) terus pada sholat disini, diganti masjid,” tutur Muhammad Nasir.
Setelah situasi normal, masjid tersebut kemudian kembali beralih status menjadi musala. Hingga akhirnya sepeninggal Kiai Nasir, tempat ibadah ini menjadi masjid sampai dengan sekarang.
Muhammad Nasir atau yang akrab disapa Gus Nasir itu pun mengungkapkan, sedari dulu bangunan Masjid An-Nasiriyah ini tak banyak berubah. Bagian-bagian bangunannya masih otentik.
“Enggak banyak perubahan, paling lantai keramik depan. Sumur tua di belakang juga masih ada.” tuturnya.
Hingga kini Masjid An-Nasiriyah tak pernah sepi dari jemaah. Bahkan saat Salat Jumat, jamaahnya kerap meluber hingga ke Jalan Ahmad Yani. Masjid ini pun masih aktif untuk kegiatan pengajian.
“Majelis ta’lim disini masih aktif, biasanya kalau malam Ahad dan malam Rabu.” tutup Gus Nasir.
Berita Lainnya di SMPANTURA.NEWS :
