Seolah-olah Lockdown
- calendar_month Ming, 29 Mar 2020

Usut punya usut, ternyata Kota Tegal bukan mau di-lockdown. Tetapi cuma mau menutup akses sementara kendaraan dari luar kota. Kalau kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, itu cuma isolasi kampung. Buseeeet…… Jadi cuma seolah-olah lockdown?
Ya elah, cuma mau gitu doang Pak Wali? Kenapa harus pakai istilah lockdown sih? Bikin geger seantero republik aja. Kalau mau ngelucu kira-kira dong? Haaaaa…..haaaa….haaa…
Aturannya jelas. Keputusan karantina wilayah wewenang mutlak pemerintah pusat (presiden). Jika diberlakukan, tentu banyak dampak-dampak ekonomi dan sosial yang itu tak mampu diatasi seorang kepala daerah.
Kajian dari banyak sisi harus mendalam, agar kebijakan tidak malah jadi blunder. Jelasnya, ledakan krisis ekonomi bakal sulit dibendung. Dan warga yang tak bisa kemana-mana karena terhenti mata pencahariannya, harus diselamatkan.
Langkah dan kebijakan menyelamatkan ekonomi, minimalnya memenuhi kebutuhan pokok warga, harus direalisasi. Jika gagal mengatasinya, situasi terburuknya adalah kerusuhan sosial. Siapa yang bertanggung-jawab jika situasi ini terjadi?
Balik lagi ke Kota Tegal. Sebaiknya, walikota meninjau ulang kebijakannya. Karena kemungkinan buruk bisa saja terjadi jika local lockdown atau apapun istilahnya tetap ‘dipaksakan’ empat bulan penuh berlaku di Kota Bahari.
“Lebih baik saya dibenci warga daripada maut menjemput mereka,†begitu kata Deddy Yon. Wow, takjub saya dengar kalimatnya. Tapi sebentar, dampak ekonomi dan sosial dari kebijakan ini sudah disiapkan belum?
- Penulis: puskapik