Pemimpin Substansial: Jalan Sunyi Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Jawa Tengah
- calendar_month Jum, 22 Agu 2025


Robert Greenleaf dalam Servant Leadership (1977) juga menyinggung hal serupa, pemimpin sejati bukan yang menonjolkan diri, melainkan yang membuat masyarakatmerasakan hasil nyata. Begitu pula Jim Collins dalam Good to Great (2001), yang menemukan bahwa perusahaan-perusahaan hebat dipimpinoleh figur Level 5 Leader: rendah hati secara pribadi, tetapi sangat bertekad secara profesional.
Jika dirunut ke dalam praktik politik, pemimpin substansial cenderung tidak gemerlap dalam pencitraan, tetapi meninggalkan warisan kebijakan yang kuat.
Pemimpin populis memiliki kelebihan utama dalam kemampuannya menjalin kedekatan emosional dengan rakyat. Mereka fasih menggunakan bahasa sederhana yang mudahdipahami, responsif terhadap isu-isu aktual, dan mampumembangkitkan semangat kolektif masyarakat.
Dukungan publik biasanya mengalir deras karena rakyat merasa didengar dan diperjuangkan. Namun, kelemahannya terletak pada kecenderungan untuk lebih fokus pada citra dan popularitas dibanding substansi kebijakan.
Pemimpin populis kerap terjebak dalam keputusan jangka pendek yang menyenangkan massa, tetapi kurang memperhatikan keberlanjutan atau fondasi sistemik yang lebih Kokoh.
Sementara itu, pemimpin substantif menonjol karena fokus pada nilai, gagasan, dan visi jangka panjang. Mereka mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan rasional, berbasis data, serta berorientasi pada tata kelola yang berkelanjutan. Kepemimpinan model ini biasanya lebih stabil dan mampu membangun institusi yang kuat.
Kelemahannya, pemimpin substantif sering kali tampak jauh dari rakyat, kurang komunikatif dalam menyederhanakan gagasan, dan kadang dianggap lamban karena setiap kebijakan memerlukan proses kajian yang panjang. Akibatnya, mereka kurang populer meski sesungguhnya bekerja untuk kepentingan publik secara mendalam.
- Penulis: puskapik