Ditelantarkan Anak, Nenek Sariah Tinggal di Gubug Reot Dekat Kediaman Bupati

Advertisement

PUSKAPIK.COM, Bojong – Karena ditelantarkan anaknya, seorang nenek di Kabupaten Tegal bernama Sariah, hidup seorang diri . Mirisnya lagi, nenek berusia 70 tahunan tersebut, harus hidup dalam kemiskinan.

Ia sehari-hari tinggal di sebuah gubug sempit yang berdiri di lahan milik orang lain, di tengah kebun di Desa Babakan, Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, tak jauh dari kediaman Bupati Tegal. Gubug berukuran 3×4 meter yang ditempati nenek Sariah bisa dikatakan sangat tidak layak sebagai tempat tinggal, karena menggunakan dinding bambu dan atap seng. Kondisinya pun sangat memprihatinkan karena nyaris ambruk akibat dimakan usia.

Gubug nenek Sariah disekat menjadi 2 bagian. Satu ruangan untuk dapur satu ruangan lainnya untuk tempat tidur sekaligus tempat menaruh berbagai macam peralatan makan dan minum.

Untuk tidur, nenek Sariah menempati ranjang tua dan kasur yang kondisinya sangat tidak layak. Selain kotor juga tampak kumuh karena tak pernah dijemur. Kondisi tersebut mengakibatkan tubuh si nenek kerap digigit serangga atau kutu.

Karena kondisinya yang sangat sempit, gubug nenek Sariah tidak memiliki MCK. Nenek Sariah terpaksa jarang mandi, karena tak ada kamar mandi di gubugnya. Sedangkan jika buang air besar, nenek Sariah harus berjalan ke saluran air yang jaraknya cukup jauh dari gubugnya.

“Tiap hari ya disini sendirian,” ujar nenek Sariah saat ditemui di gubugnya, Minggu siang, 14 November 2021.

Saat ditanya mengapa tidak tinggal bersama anaknya, nenek Sariah hanya terdiam. Suami nenek Sariah sudah lama meninggal. Namun Sariah diketahui memikili dua anak perempuan yang sudah berumah tangga. Satu anak tinggal di Blitar dan satu lagi tinggal di Desa Karangjambu, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.

Eri (40), salah satu warga yang tinggal tak jauh dari gubug nenek Sariah mengatakan, dua anak nenek Sariah nyaris tidak pernah menengok ibunya. Meski salah satu anaknya tinggal masih satu kecamatan, tapi tidak pernah datang menjenguk ibunya.

“Yang mengurus ya warga sekitar. Bergantian mengirim makanan ke sini,” kata Eri saat melihat kondisi nenek Sariah.

Eri tidak tahu mengapa anak-anak nenek Sariah sampai menelantarkan ibunya. Yang ia tahu, Sariah selalu menolak saat diminta tinggal bersama anaknya. Sariah mengaku lebih memilih tinggal di gubug meski kondisinya sangat tidak layak. Jika siang hari terasa panas dan malam hari sangat dingin ditambah banyak nyamuk. Ditambah jika hujan deras atas banyak yang bocor.

“Kayaknya dari dulu Mbah Sariah tidak pernah kumpul dengan anaknya. Dia juga nggak mau kalau suruh tinggal sama anaknya. Nggak tahu kenapa,” ujar Eri.

Ia menjelaskan, lahan yang sekarang ditempati nenek Sariah dulunya merupakan tempat usaha peternakan ayam milik si empunya lahan. Nenek Sariah merupakan salah satu karyawannya. Setelah peternakan ayam tutup, nenek Sariah memilih tetap tinggal di gubug yang dulunya merupakan tempat tidur penjaga peternakan.

“Dulu sini kan kandang ayam milik yang punya lahan. Setelah nggak dipakai, katanya tetep mau di sini saja,” kata Eri.

Nenek Sariah beberapa kali mendapat bantuan sosial dari Program Keluarga Harapan (PKH). Bulan lalu, Sariah mendapat bantuan PKH berupa sembako. “Kemarin dapat PKH lima bulan. Beras 10 kilo,” kata Eri.

Kondisi yang dialami nenek Sariah menjadi potret kemiskinan di tengah gencarnya pemerintah membangun insfrastruktur dan mengatasi angka kemiskinan. Kondisi nenek Sariah harusnya menggugah kepedulian semua tak utamanya Pemerintah Kabupaten Tegal dan semua perangkatnya. Apalagi gubug tempat tinggal nenek Sariah berada tidak jauh dari tempat tinggal pribadi Bupati Tegal Umi Azizah.

Kontributor: Sakti Ramadhan
Editor: Faisal M

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!