Musim Hajatan, Komunitas Vendor Wedding Pemalang Minta Kelonggaran PPKM Darurat

Advertisement

PUSKAPIK.COM, Pemalang– Idul Adha bagi sebagian orang tak melulu soal haji dan kurban. Bisa juga menjadi momen warga mengikat cinta dalam sebuah ikatan perkawinan. Seperti budaya warga Pemalang, momen pasca 10 Dzulhijjah ini biasanya selalu ramai dengan gelaran hajatan pernikahan. Gedung pertemuan, aula dan hotel tak pernah absen di pesan untuk resepsi pernikahan.

Namun akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali 3-20 Juli mendatang, kegiatan hajatan pernikahan terancam tidak seperti biasanya. Hal ini berpengaruh kehidupan ekonomi ribuan pekerja vendor acara wedding.

Kepada puskapik.com, Ketua Komunitas Vendor Wedding (Kover Wedding) Kabupaten Pemalang, Aghaf Rahman Kamis 8 Juli 202, menyampaikan, secara umum komunitas tidak merasa keberatan dengan kebijakan pemerintah tentang PPKM darurat ini selama ada kelonggaran bagi masyarakat untuk menggelar even pernikahan.

“Yang kami inginkan hajatan tetap diperbolehkan, kami siap mematuhi aturan baik protokol kesehatan sesuai SOP. Ada 1400 lebih yang bergerak di bidang even wedding yang menggantungkan nasibnya pada kebijakan pemerintah selama PPKM darurat ini. Apalagi masuk bulan lebaran haji seperti ini biasanya ramai orang hajatan jika pelaksanaan even pernikahan diperbolehkan maka akan sangat membantu bagi perekonomian pekerja seni dan pengusaha di bidang perwedingan,” katanya.

Dia mengatakan, berencana untuk audiensi kepada bupati, dan stakeholder terkait. Dalam audensi itu Kover Wedding akan menyampaikan SOP pelaksanaan even pernikahan yang mengacu pada prokes.

“Kami siap bersinergi dengan pemerintah di masa PPKM ini. Dari pengalaman yang sudah dialami beberapa rekan kami di dunia perwedingan sangat mengenaskan di situasi pandemi ini. Kawan-kawan dekorasi bahkan sampai menjual peralatan kerjanya hanya untuk menyambung hidup,” katanya.

Meski begitu Aghaf belum menentukan kapan waktu audiensi.

“Sedang dipersiapkan mungkin dalam qaktu dekat ini,” ujarnya.

Sementara itu salah satu pemilik Even Organizer (EO) Wedding, Ali Hamasco menyampaikan, dalam setiap even pernikahan rata-rata ada Rp 50 juta yang berputar.

“Itu dibagi untuk tukang masak, panggung, dekorasi, catering, EO dan lain-lain, di situ ekonomi jalan. Belum lagi perputaran di pasar, kebutuhan bahan makanan seperti beras, gula, minyak dan sebagainya pasti ikut bergerak. Kami berharap pak bupati memikirkan nasib kami sebagai warganya,” pungkasnya.

Penulis : Baktiawan Candheki
Editor: Amin Nurrokhman

 

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!