Kembalikan Kejayaan Bawang Putih, IPB Kembangkan Teknologi Ultra-fine Bubbles di Tegal
- calendar_month Jum, 15 Jan 2021

Panen perdana Bawang Putih tehnologi ultra-fine bubbles yang dikembangkan IPB bersama Bank Indonesia Tegal di Desa Tuwel, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Kamis, 14 Januari 2021. FOTO/PUSKAPIK/WIJAYANTO

“Dari sisi efisiensi waktu penyediaan benih akan menjadi lebih cepat dan siap tersedia kapan pun petani membutuhkan untuk menanam,” kata Aris.
Ia mengaku dalam pengembangan teknologi ultra-fine bubbles bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menghasilkan generator fine bubble dan bisa digunakan di berbagai tempat dan lokasi.
“Hasil teknologi ini tergantung varietas yang digunakan. Kalau memakai varietas Tawangmangu hanya perlu waktu satu bulan sudah siap tanam. Kalau varietas Sanggar Sembalun memerlukan waktu dua sampai tiga bulan baru bisa ditanam,” katanya.
Aris mengharapkan teknologi ultra-fine buble dapat menjadi solusi pemenuhan kebutuhan bawang putih dalam negeri yang sampai saat ini lebih dari 90% masih impor.
“Produksi bawang putih kita masih berkisar antara 86 ribu ton, sedangkan impor kita mencapai lebih dari 400.000 ton. Tentu jauh sekali antara produksi dan impor,” katanya.
Kata Aris, Indonesia harus segera melakukan pemetaan (mapping) daerah potensial mana yang bisa ditanami, daan pada saat yang sama, perlu dihasilkan teknologi-teknologi yang bersifat terobosan.
“Sehingga kita tidak lagi bergantung pada impor bawang putih dari China maupun negara lain. Kita justru bisa memproduksi lebih banyak dengan bantuan teknologi tersebut,” ujar Aris.
Rektor IPB, Arif Satria yang ikut memanen bawang putih hasil teknologi ultra-fine bubbles berharap teknologi tersebut dapat segera diadopsi oleh petani di Indonesia.
“Teknologi ini saya kira sifatnya sudah di luar pakem. Oleh karena itu kolaborasi antara IPB University dengan pemerintah maupun petani menjadi penting,” ujar Arif.
- Penulis: puskapik