Sowan ke Astana Mangadeg, Menelisik Kisah Tiji Tibeh Pangeran Sambernyawa
- calendar_month Kam, 25 Sep 2025


KARANGANYAR, puskapik.com – Setiap era ada orangnya, setiap orang ada eranya. Itulah makna singkat dari adanya perubahan zaman.
Selaku generasi penerus kita diwajibkan untuk terus belajar, kepada orang terdahulu, seperti perjuangan orang tua kita, tokoh bangsa, para leluhur serta teknologi di era sekarang ini.
Hidup hanya singkat. Bahkan pada pemahaman untuk penguatan keyakinan, hidup hanya sebatas tiga hari. Kemarin, hari ini dan esok.
Kemarin tidak perlu dicari. Hari ini kita syukuri dan esok tidak perlu dinanti. Melakukan yang terbaik melalui usaha dan doa serta berpegang pada prinsip sabar syukur ikhlas tawakal.
Salah satu tokoh yang terkenal di tanah Jawa di era Kerajaan Mataram, yakni Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
Beliau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said. Lahir di Kraton Kartasura, 7 April 1725 – meninggal di Surakarta, 28 Desember 1795 pada umur 70 tahun.
Sambernyawa adalah pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah kadipaten agung di wilayah Jawa Tengah bagian timur, dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Tempat peristirahatan terakhir di Astana Mangadeg yang terletak di Desa Karang Bangun Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.
Letaknya diatas perbukitan di lereng Gunung Lawu yang juga dikenal sebagai komplek makam raja – raja dari istana Mangkunegaran, Surakarta.
Pangeran Sambernyawa memiliki kesaktian luar biasa dan sangat gigih melawan penjajah Belanda.
Julukan Pangeran Sambernyawa diberikan oleh Nicolaas Hartingh, gubernur VOC, karena di dalam peperangan RM. Said selalu membawa kematian bagi musuh-musuhnya.
- Penulis: Hoed
- Editor: dwa