Masa Kecil Kyai Makmur, Bupati Pemalang Pejuang Kemerdekaan
- calendar_month Kam, 14 Agu 2025

Screenshot

Tak ada yang mengira jika bayi yang lahir dari rahim Nyai Hj Rubae’ah di rumah joglo tua di Pelutan tahun 1906 silam, akan menjadi pemimpin besar di Kabupaten Pemalang. Adalah Makmur atau orang mengenalnya Kyai Makmur. Ia diangkat rakyat menjadi Bupati Pemalang ke-3 pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kecerdasan dan jiwa pemimpinnya sudah menonjol sejak duduk di bangku sekolah dasar Belanda. Tumbuh dalam lingkungan keluarga ulama yang disiplin dan religius membentuknya menjadi seorang santri. Kelak namanya dikenang sebagai bupati anti-penjajah yang tewas ditembak serdadu Belanda.
Keturunan Wali Mbah Salamudin
Makmur atau Kiai Makmur dilahirkan tahun 1906 dilahirkan pada tahun 1906 dari pasangan K.H. Nawawi Sugro dan Nyai Hj. Rubae’ah. Bayi yang kelak menjadi Bupati Pemalang itu lahir di rumah joglo atau pencu tua milik eyangnya di Kelurahan Pelutan, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang.
Eyang dari ibunya, K.H. Nawawi Kubro bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan keturunan Mbah Salamudin, seorang aulia yang makamnya di tepi Sungai Elon di Desa Pedurungan, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. K.H. Nawawi Kubro pun memiliki jabatan penting, yakni katib anom, jabatan di bidang agama kala itu.
Sebagai cucu dan anak seorang ulama, Makmur kecil sudah diperkenalkan dan diajari huruf Arab dan membaca Kitab Suci Al-Qur’an sejak sebelum berumur 7 tahun. Lingkungan keluarga mengajarkannya menjadi muslim yang taat dengan ajaran Islam. Makmur kecil pun tetap rajin mengaji saat masuk di sekolah formal.
- Penulis: puskapik