Kyai Makmur : Bupati Pemalang Penentang Belanda
- calendar_month Kam, 14 Agu 2025


Cita-cita Indonesia merdeka sudah tertanam di hati Kyai Makmur sejak kecil. Mendapat keistimewaan bisa mengenyam pendidikan ala barat di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Kabupaten Pemalang, tak membuatnya lantas merasa nyaman hidup di bawah pemerintahan kolonial Belanda.
Hidup di lingkungan keluarga muslim yang taat mendidik Makmur sebagai santri terpelajar yang aktif berorganisasi. Kiprahnya kelak membawanya menjadi Bupati Pemalang. Namanya dikenang sebagai adipati yang menentang keras penjajah Belanda hingga akhir hayatnya.
Diangkat Rakyat Menjadi Bupati
Kyai Makmur merupakan Bupati Pemalang ke-3 pasca proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia diangkat sebagai Bupati Pemalang dalam suatu rapat umum di Alun-alun Kabupaten Pemalang yang disaksikan langsung oleh rakyat. Pengangkatan sang kiai menjadi “Adipati” itu tepatnya tanggal 30 Desember 1945.
Pengangkatan Kyai Makmur sebagai Bupati Pemalang dilakukan tujuh hari setelah Bupati Supangat yang menjabat dari gerakan “Peristiwa Tiga Daerah” akhirnya ditangkap pada 23 Desember 1945 oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam rapat umum di Pendopo Kabupaten Pekalongan dan dipenjara.
Pengangkatan Kyai Makmur menjadi bupati cukup mendadak. Kyai Makmur awalnya dihubungi oleh K.H. Siraj, pimpinan Laskar Sabilillah dan Hizbullah Karesidenan Pekalongan agar dirinya bersedia dijadikan Bupati Pemalang menggantikan Supangat. Dirinya kemudian meminta petunjuk keluarga.
Bukan tanpa alasan, Kyai Makmur diminta kesediaannya menjadi bupati lantaran dia
merupakan ulama yang berpengaruh di Kabupaten Pemalang dan juga seorang
yang aktif dalam pergerakan kebangsaan. Akhirnya Kyai Makmur mengamini atas restu sang ayah, K.H. Nawawi Sugro dan pamannya, K.H. Arghubi.
- Penulis: puskapik