Corona dan Blunder Kaya-miskin
- calendar_month Sen, 30 Mar 2020

Baktiawan Candheki

Kejadian akan lebih dasyat dari kerusuhan 98 dengan variabel yang tidak jauh berbeda yakni rakyat lapar, lapangan kerja susah, dolar naik, sembako naik, desakan pemerintah mundur, provokasi, plus adanya pihak-pihak yang memanfaatkan situasi secara politis.
Jika melihat data kerugian saat terjadi kerusuhan 98 sekitar 2,5 triliun waktu itu. Yang tak ternilai adalah korban jiwa, data Polda Metro, 451 orang meninggal, korban luka-luka tidak tercatat. Data Kodam Jaya, 463 meninggal termasuk aparat keamanan, 69 luka-luka. Data Pemda DKI, jumlah korban meninggal 288 orang, dan luka-luka 101 orang. Belum cerita ratusan pemerkosaan terhadap etnis Tionghoa.
Pemerintah sebenarnya sudah mencoba dengan cara halus dengan membuka donasi, sasarannya sekali lagi bukan kaum jelata tapi orang-orang kaya di negeri ini yang selama ini mendapat keuntungan dari situasi ekonomi yang stabil.
Tapi apa mau dikata kaum menengah dan politisi telanjur nyinyir. Di mana-mana golongan menengah paling membingungkan, tidak dapet subsidi teriak paling kenceng, tapi dibilang miskin tersinggung. Walau begitu dibilang gagal total juga tidak faktanya Erick Tahir, Mayapada Grup, Bakrie Grup, Ovo, BCA, Sritex, Maya Estianty, Raffi Ahmad, Ave Avatie dan beberapa artis lainnya berkontribusi dalam donasi melawan corona.
Tapi saya rasa masih jauh dari harapan cara lain ditempuh kali ini bukan sekadar mengetuk hati tapi seperti teriak ditelinga orang-orang kaya melalui pesan pertentangan kelas yang lebih nyata lewat pernyataan jubir pemerintah soal corona.
- Penulis: puskapik