Politik di Negeri Ini Tidak Lagi Berbasis Ideologi
- calendar_month Sab, 29 Feb 2020

Drs. Budhi Rahardjo MM, alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNDIP '79

Drs. Budhi Rahardjo, MM
Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNDIP ’79
MASIH dapat diingat jelas di otak saya, ketika dosen sistem politik, mengatakan kalau kita ingin tahu sistem politik satu negara jangan sekedar membaca konstitusinya, tetapi lihatlah praktik politik yang dijalankan. Begitu juga ketika kita ingin tahu ideologi partai politik, hendaknya jangan hanya membaca AD/ART-nya saja, tetapi amati praktik politiknya.
Pada zaman Orde Lama, parpol benar-benar sangat fanatik menjalankan ideologi politiknya. Misalnya PNI dengan ideologi Marhaenisme, PKI mengusung ideologi Komunisme, PSI berbasis ideologi Sosialisme, Masyumi dan Partai NU berbasis ideologi Islam. Di era Orde Baru, parpol yang berbasis ideologi Islam difusi menjadi satu di PPP, kemudian yang berbasis idologi Nasionalis Sekuler difusi dalam PDI kemudian Golkar mengusung ideologi Karya dan Kekaryaan.
Pada perkembangan selanjutnya, rezim Orde Baru mengharuskan parpol memakai asas tunggal Pancasila. Pada saat itu Golkar yang tidak mau disebut partai politik mengusung slogan “Stop pertarungan ideologi, Golkar hendak membangun”.
Menurut pandangan saya, mulai saat itulah politik di negeri ini tidak lagi berbazis Idologi. Elite politik mulai mempertontonkan wajahnya sebagai “kaum hedonis” yaitu kaum yang menempatkan kekuasaan dan kenikmatan hidup, sebagai hal yang sangat penting untuk diperebutkan mati-matian dengan menghalkan segala cara. Kedaulatan yang dianut pada ajaran demokrasi, juga terang-terangan dipinggirkan posisinya dengan penyesatan paham dasar bahwa kedaulatan itu bukan milik anggota (rakyat) tatapi milik elite partai.
- Penulis: puskapik