Kota Layak Jalan Kaki, Investasi untuk Masa Tua Kita
- calendar_month Ming, 5 Okt 2025


Oleh Abdullah Sungkar, Ahli Perancangan Kota
Setiap orang, cepat atau lambat, akan menua. Dan salah satu kenikmatan di masa tua adalah masih bisa berjalan kaki, menyusuri sudut kota, menghirup udara pagi, dan menikmati suasana ruang publik tanpa hambatan.
Karena itu, menjadikan kota yang ramah bagi pejalan kaki sesungguhnya adalah investasi jangka panjang bagi masa depan generasi muda hari ini.
Berjalan kaki bukan sekadar aktivitas menuju tempat tujuan. Ia menghidupkan denyut ekonomi kota. Bayangkan langkah-langkah kaki yang berhenti di warung sarapan, membeli ponggol, atau singgah di pasar tiban untuk mencari ikat pinggang dan topi.
Ribuan langkah kaki yang melintas di trotoar menjadi energi yang menggerakkan roda ekonomi rakyat.
Untuk itu, para perencana kota dan arsitek perlu kembali ke esensi dasar: merancang kota untuk manusia, bukan semata untuk kendaraan.
Jadilah barefoot architect, arsitek yang benar-benar memahami dan merasakan tanah basah di bawah telapak kakinya. Hanya dengan cara itu kita bisa mengerti kebutuhan nyata pejalan kaki.
Di banyak kota di dunia, jalan raya tidak lagi dilebarkan untuk mobil. Sebaliknya, mereka justru melakukan street diet “menguruskan” badan jalan agar lebih lapang dan aman bagi pejalan kaki serta pesepeda.
Mereka memperluas trotoar, menambah ruang publik dan dengan itu sekaligus memperluas ruang bagi aktivitas ekonomi warga.
Bayangkan sebuah kota dengan jalan yang bersih dan nyaman, kios teh, kopi dan sarapan yang tersebar setiap 50-100 meter, kursi-kursi dan street furniture yang mengundang orang untuk berhenti sejenak, lampu jalan yang artistik serta fasilitas publik yang higienis dan harum setiap 400-599 meter. Inilah wajah kota yang ramah dan manusiawi.
- Penulis: Redaksi
- Editor: Nia