Kisah Dramatis Bupati Pemalang Kyai Makmur, Ditangkap dan Dibunuh Belanda
- calendar_month Kam, 14 Agu 2025


“Beliau bilang begini ke Pak Masduki, ‘biar
saya di rumah, nanti saya ke sana lagi. Saya kalau mati pun sanggup menjadi umpak (pondasi)-nya kemerdekaan’.” tutur Agus Bazi Rahardjo, kemenakan Kyai Makmur saat ditemui di rumahnya, Jalan
Agung Kelurahan Mulyoharjo Pemalang, Rabu (13/8/2025).
Mendengar kabar dari mata-matanya ihwal kepulangan Kyai Makmur, tentara Belanda lalu menyatroni ke rumah keluarga Kyai Makmur di Desa Taman dengan satu misi : menangkap Kyai Makmur untuk melumpuhkan semangat pejuang gerilya. Namun, upaya itu nihil. Kyai Makmur bersembunyi di rumah tetangganya, Miah.
Beberapa hari kemudian, untuk kedua kalinya, tepat pada tanggal 9 September 1947 (hari Selasa Wagé, bertepatan dengan tanggal 23 Syawal 1366 Hijriah atau 23 Sawal 1878) tentara Belanda dalam jumlah yang besar dan bersenjata kembali mendatangi rumah Kyai Makmur. Kali ini mereka datang sejak pagi buta, waktu Salat Subuh.
Para serdadu Belanda mengepung rumah Kyai Makmur hingga dua lapis. Kyai Makmur yang kala itu tengah berada di dalam rumah pun terhimpit, tak bisa pergi. Tentara Belanda berjalan-jalan mengitari rumah Kyai Makmur hingga matahari muncul dari ufuk timur. Keluarga Kyai Makmur pun ikut panik.
Aidiyah alias Murah yang rumahnya di sebelah timur Kyai Makmur lalu datang. Ia memohon kepada Kyai Makmur agar menyingkir dari rumah. Sikap dan pendiriannya yang teguh melawan penjajah Belanda, membuat Kyai Makmur memilih tetap bertahan di rumah dan menghadapi tentara Belanda.
“Beliau menolak ke Bu Murah, ‘Ora Rah, wong saiki wis wêktuné, ênyong ora bisa lunga-lunga (tidak Rah, sekarang sudah waktunya, saya tidak bisa pergi-pergi).” tutur Agus Bazi Rahardjo.
- Penulis: puskapik