Kisah Dramatis Bupati Pemalang Kyai Makmur, Ditangkap dan Dibunuh Belanda
- calendar_month Kam, 14 Agu 2025


Pada pertengahan bulan Agustus 1947, tentara Belanda yang diangkut sebuah truk datang ke Desa Taman usai mendengar keluarga Kyai Makmur pulang dari pengungsian. Mereka menyatroni dan memantau rumah keluarga Kyai Makmur maupun rumah-rumah sekitarnya tanpa menggeledah.
Lantaran merasa takut, keluarga Kyai Makmur akhirnya bersembunyi. Keesokan harinya, mereka lalu mengungsi ke rumah H. Soleh di Dukuh Bandelan, Desa
Taman yang berada di sebelah barat rumah mereka kurang lebih 1 kilometer. Keluarga Kyai Makmur mengungsi disana selama berhari-hari.
Dalam masa-masa itu istri Kyai Makmur, Nyai Samnah, meninggal dunia. Setelah sekian lama berada di pedalaman Pemalang, dalam suatu malam Kyai Makmur akhirnya pulang untuk menengok keluarga dan pesantrennya di Taman. Ia datang bersama sang adik, Romdhon serta Saud dan Muslim.
Namun, ketika Kyai Makmur dan rombongannya tiba, rumah dan pesantrennya tampak kosong lantaran keluarganya tengah mengungsi di Dukuh Bandelan. Mereka pun disusul Kyai Makmur dan diajak pulang untuk tetap berada di rumah, tidak pergi kemana-mana.
Sementara itu, Masduki, Komandan Regu Hizbullah, merasa cemas mendengar Kiai Makmur keluar dari pedalaman dan turun ke kota. Pasalnya, hari-hari itu terjadi pertempuran di Jembatan Sirayak dan di Desa Sokowangi yang tidak jauh dari Desa Taman. Masduki lantas mendatangi Kiai Makmur di rumahnya.
Saat bertemu Kyai Makmur, Masduki membujuk agar sang bupati segera meninggalkan rumah dan pergi bersamanya karena situasi sangat gawat.
Tetapi Kyai Makmur enggan pergi meninggalkan rumah, ia bertekad menghadapi tentara Belanda apapun yang terjadi.
- Penulis: puskapik