Kyai Makmur : Ulama dan Pejuang Kemerdekaan dari Pemalang
- calendar_month Kam, 14 Agu 2025


Tak hanya Makmur, kala itu yang diberi
tugas mengajar adalah K.H. Ilyas, dari Banyu Urip, Pekalongan (Mantan Mentri Agama Republik Indonesia) dan K.H. Wahid Hasyim (ayah Abdurrahman Wahid, Mantan Menteri Agama RI). Di pondok
pesantren Tebuireng Jombang itu, Makmur dikenal dengan panggilan Gus Makmur.
Ikut Membantu Mendirikan Nahdatul Ulama
Selain dimandatkan menjadi Lurah Pondok, Makmur juga sering ditugaskan mewakili K.H. Hasyim Asy`ari menghadiri pertemuan dengan pejabat regentschap (kabupaten). Ia pun sempat membantu K.H. Hasyim Asy`ari mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. Saat itu, Sekretaris Tanfidziyah pertama dijabat oleh Kyai Dipo dari Pemalang.
Menginjak usia 26 tahun, Makmur dipanggil untuk menghadap Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy`ari. Kepadanya diberitahukan bahwa khidmahnya di Pesantren Tebuireng Jombang dinilai telah cukup dan pemuda Makmur diharapkan kembali dan
mendirikan pesantren di tempat tinggalnya di Kabupaten Pemalang.
Tahun 1932, Makmur pun kembali ke rumah orang tuanya di Pelutan, Pemalang. Selain dirinya, para santri asal Pemalang dan Grobogan (Purwodadi), Jawa Tengah, bernama Tamyis, juga mengikutinya. Tidak lama dari kepulangannya, pemuda Makmur menikah dengan Samnah, anak H. Mawardi seorang mantan pengulu Taman, Pemalang, berasal dari Tegal.
Seusai menimah, pemuda Makmur pindah dari rumah orang tua ke rumah mertuanya
di Taman, Pemalang, tepatnya berada di sebelah selatan mesjid Jami Taman` (kini Baitul Makmur) dan berada di tepi Jalan Beji – Banjardawa (kini Jalan Kolonel Sugiono). Dalam perkawinan tersebut ia dikaruniai empat orang anak, yaitu tiga orang laki-laki dan seorang perempuan.
- Penulis: puskapik