Kyai Makmur : Bupati Pemalang Penentang Belanda
- calendar_month Kam, 14 Agu 2025


Dalam rapat umum pengangkatan bupati, para pembesar daerah duduk di atas panggung dan rakyat berada di Alun-alun Kabupaten Pemalang. Panggung itu didirikan di perempatan jalan menuju pendopo kabupaten (sekarang perempatan
sebelah timur Kantor Kemenag Kabupaten Pemalang).
Saat itu K.H. Siraj menggandeng Kyai Makmur menghadap keramaian rakyat yang berkumpul di Alun-alun Kabupaten Pemalang. Pimpinan Laskar Sabilillah dan Hizbullah Karesidenan Pekalongan itu menawarkan kepada rakyat yang hadir untuk mengangkat Kyai Makmur menjadi Bupati Pemalang.
“Nah waktu itu seluruh hadirin serentak menjawab dan bersorak ‘setuju!’. Sejak itu beliau menjadi Bupati Pemalang.” tutur Agus Bazi Rahardjo, kemenakan Kyai Makmur saat ditemui di rumahnya, Jalan
Agung Kelurahan Mulyoharjo Pemalang, Rabu (13/8/2025).
Setelah menjadi bupati, Kiai Makmur tinggal dan berkantor di pendopo Kabupaten Pemalang. Ia tinggal disana bersama sang Istri, Nyai Samnah dan anak-anaknya, serta beberapa kerabat yang membantunya mengurusi kesibukan di Pendopo Kabupaten Pemalang yang berada di Kebondalem itu.
Di tengah kesibukannya sebagai bupati, Kyai Makmur tak meninggalkan pesantrennya yang ia dirikan di rumah tinggalnya di Desa Taman Kecamatan Taman (sebelah selatan : kini Masjid Baitul Makmur Jalan Kolonel Sugiono, Taman). Kyai Makmur tetap mengajar santrinya, mereka diundang ke Pendopo.
Mental Gerilyawan, Tak Sudi Jadi Bupati ‘Kacung’ Belanda
Firasat akan datangnya malapetaka itu sudah dirasakan Kyai Makmur dalam acara intihan di pesantrennya pada akhir bulan Sya`ban tahun 1366 Hijriah atau bulan Ruwah tahun 1878 dalam pertengahan bulan Juli 1947. Ia merasakannya di tengah keriuhan anak-anak pesantren.
- Penulis: puskapik