Sejarah Hari Jadi Jawa Tengah, Prof Singgih: Jateng Barometer Kemerdekaan
- calendar_month Sel, 12 Agu 2025


Kemudian Mochtar (1960-1966), HM Ismail (1983-1993), Soewardi (1993-1998), Mardiyanto (1998-2007), Ali Mufiz (2007-2008), Bibit Waluyo (2008-2013), Ganjar Pranowo (2013-2023), Penjabat Gubernur Nana Sudjana (5 September 2023-20 Februari 2025).
Dan terbaru adalah Ahmad Luthfi, yang dilantik sebagai Gubernur Jawa Tengah 20 Februari 2025, untuk periode (2025-2030).
Sejarawan Universitas Diponegoro (Undip), Prof Dr Singgih Tri Sulistiyono MHum, mengatakan, keputusan untuk memilih peringatan Hari Jadi Jawa Tengah pada 19 Agustus 1945 sangat tepat dan faktual.
“Mengingat tanggal tersebut adalah fakta bahwa dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, PPKI mengamanahkan kepada pemerintah untuk membentuk struktur pemerintahan, terutama kewilayahan Republik Indonesia yang baru. Indonesia lalu dibagi menjadi delapan provinsi, dan salah satunya adalah Provinsi Jawa Tengah dengan gubernurnya pada waktu itu Raden Pandji Soeroso,”katanya, Selasa, 9 Agutus 2025.
Menurutnya, penetapan 19 Agustus 1945 sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, adalah didasarkan pada sumber de vacto dan de jure. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah lahir dalam kancah revolusi yang dapat mendorong semangat identitas historis.
Pada saat itu, lanjutnya, Jawa Tengah lahir berdekatan dengan momen kemerdekaan Indonesia. Sehingga ada nilai perjuangan dan memiliki kontribusi penting dalam mempertahankan kemerdekaan.
“Jateng merupakan barometer kemerdekaan Indonesia,” tegasnya.
Bagi Prof Singgih, kelahiran Jawa Tengah di masa revoluasi bisa menjadi bahan pembelajaran sejarah kepada siswa dan anak muda. Tujuannya agar mereka memiliki kebanggaan bahwa Jawa Tengah sudah lahir semenjak awal kemerdekaan.
- Penulis: puskapik