Lakon Wayang ‘Parikesit Jumeneng Noto’, Cara Mansur Gambarkan Kondisi Pemalang
- calendar_month Sab, 26 Agu 2023

Plt Bupati Pemalang, Mansur Hidayat menyerahkan wayang kulit kepada Ki Sigit Wardoyo untuk dimainkan dalam lakon "Parikesit Jumeneng Noto" wayangan semalam suntuk di halaman Kantor Bupati Pemalang, Jumat 25 Agustus 2023.FOTO/PUSKAPIK/ERIKO GARDA DEMOKRASI

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Musik gamelan seketika mengalun saat Plt Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, menyerahkan wayang kulit kepada Ki Sigit Wardoyo. Dalang asal Ampelgading Pemalang itu didawuh Mansur memainkan lakon “Parikesit Jumeneng Noto”.
Pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang digelar di Halaman Parkir Kantor Bupati Pemalang, Jumat malam 25 Agustus 2023 itu pun dimulai. Enam sinden yang berjejer di kanan panggung sontak melantunkan lagu-lagu gending Jawa menjadi tanda pra-cerita.
Tangan lincah Ki Sigit Wardoyo membuka lakon dengan dua gunungan wayang kulit. Warga masyarakat yang berbondong-bondong datang pun sibuk mencari tempat dengan posisi ternyaman untuk menyaksikan sang dalang memainkan lakon permintaan khusus dari Mansur Hidayat itu.
Sekilas, pagelaran wayang kulit di depan pusat Pemerintahan Kabupaten Pemalang ini tak ada bedanya dari pagelaran-pagelaran wayang kulit lainnya. Namun jika ditelisik, pagelaran wayang kulit malam itu cukup menyiratkan makna mendalam bagi yang mengamatinya.
Lakon parikesit jumeneng noto seolah menggambarkan kondisi Kabupaten Pemalang yang belakangan morat-marit lantaran banyaknya pejabat yang tersandung kasus korupsi suap jual beli jabatan. Mereka pun harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam ceritanya, parikesit jumeneng noto sendiri mengisahkan Parikesit yang lahir setelah perang Baratayuda. Anak dari Abimanyu dan Dewi Utari itu merupakan satu-satunya keturunan Pandawa yang selamat dari Baratayuda. Ia mewarisi tahta Astina dari kakeknya, Yudistira.
- Penulis: puskapik