Cerita Tarmuji Berjualan Roti Keliling sambil Menggendong Anaknya
- calendar_month Sen, 13 Jan 2020

Tarmuji, warga Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan berjualan roti keliling sambil menggendong anaknya yang menderita down syndrom, FOTO/PUSKAPIK/SURYONO

Tarmuji berangkat pagi-pagi ke tempat mengambil roti lalu ditata untuk dijajakan keliling. Dia harus menembus padatnya lalu lintas pantura Pekalongan, juga debu serta panas dan kadang hujan. Sepanjang jalan dia menawarkan roti yang diangkutnya, kadang ada yang membeli tapi sering juga sepi pembeli. Tanpa lelah dia menawarkan roti dari satu lokasi ke lokasi lain. Tarmuji terus bersemangat karena berharap hasilnya bisa untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarganya.
Saat ini Tarmuji juga harus membiayai anak perempuannya, Tika Novianti yang sekolah di SMK Swasta dengan uang SPP cukup mahal. “Setiap bulan harus membayar biaya pendidikan sekitar Rp150.000, belum uang saku. Keuntungan dari berjulaan ini sebgaian untuk makan dan juga disisihkan untuk biaya sekolah tapi sering tidak cukup,” katanya.
Dari berjualan roti keliling setiap hari, Tarmuji bisa mengantongi Rp50.000-Rp60.000. Dia mendapat 15% dari penjualan roti. Tarmuji hanya berfikir bagaimana menghidupi anak-anaknya tanpa mengandalkan belas kasihan orang lain.
Mahlul Azam, agen roti, mengaku sempat bingung karena Tarmuji bekerja mambawa anaknya. “Saya awalnya keberatan karena membawa ananya bisa membahayakan kesehatan dan keselamatan dan juga bisa ada pendapat negatif terhadap produk kami. Namun dia juga butuh membiayai keluarganya sehingga saya memberikan peluang dan membekali dengan kotak roti khusus,” katanya.
Anaknya pernah mau diasuh atau dititipkan ke panti, tapi tidak mau dan rewel karena harus ikut bapaknya. “Sang ayah juga tak tega dengan kondisi buah hatinya itu, sehingga terpaksa harus membawa saat bekerja mencari nafkah,” kata Mahlul Azam. (FM)
- Penulis: puskapik




























