Lihat, Inilah Batik Asli Pemalang, Begini Harapan Penciptanya

Advertisement

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Kabupaten Pemalang memiliki kekayaan seni budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan. Salah satunya seni batik, dengan corak khas kearifan lokal Kota Ikhlas, yang sarat filosofi dan histori, namun sayangnya jarang diketahui publik lokal.

Batik asli Pemalang ini merupakan hasil karya Fatwa Diana Widi, pemilik workshop Batik Arta Kencana di Taman Asri, serta Galeri Batik Arta Kencana di Taman Lestari, Taman, Kabupaten Pemalang.

Usaha produksi batik yang dirintisnya sejak tahun 2004 silam, melahirkan berbagai motif batik dengan kearifan lokal Kabupaten Pemalang.

“Saya menciptakan motif grombyang, terinspirasi dari makanan khas Pemalang, motifnya berupa pikulan pedagang grombyang. Tujuannya, ingin memperkenalkan makanan khas itu,” tutur Widi, Minggu 21 Maret 2021.

Batik motif grombyang, kini juga dikombinasikan dengan menambah corak lainnya, seperti buah khas pemalang yang terkenal, nanas madu, serta motif mangga istana. Kombinasi corak batik itu, kata Widi, bertujuan agar tidak terkesan monoton.

“Kemudian ada batik bunga widuri, itu saya terinspirasi dari kisah Nyi Widuri, kebetulan juga memang ada bunganya. Ada lagi, batik motif kompeni, itu menceritakan pada zaman kolonial dahulu,” jelas Widi.

Motif yang tak kalah unik dan juga familiar adalah batik motif sintren, yang merupakan seni tari asli Pemalang. Salah satu Kecamatan di Kabupaten Pemalang juga menjadi motif batik, yaitu motif Watukumpul.

Tak ketinggalan, gunung Slamet juga menjadi motif batik asli Kota Ikhlas ini, dan masih banyak lagi karya-karya motif batik dari Fatwa Diana Widi yang mengangkat tema kearifan lokal Pemalang.


Batik Sintren, produksi Batik Arta Kencana (Pemalang).FOTO/PUSKAPIK/ERIKO GARDA DEMOKRASI

“Sebetulnya Pemalang sendiri sejak dulu juga sebenarnya punya berbagai motif batik loh. Dan itu sudah ada 4 yang dipatenkan, seperti Kepedak, Parang Curigo, Sawatranting, terus Gemek Satekem,” ungkap Widi.

Widi yang juga Asesor Batik Nasional di LSP Batik, berharap, nantinya pemerintah Kabupaten Pemalang membuat kebijakan agar pelajar maupun para pegawai pemerintah pada hari tertentu mengenakan seragam batik motif Pemalang.

“Mau pakai batik (produksi) siapapun, asal motif Pemalang, karena saya juga sebagai asesor kan ingin nguri-uri batik,” jelas Widi.

Selama ini, Widi juga membuka pintu bagi siapapun yang ingin tahu dan belajar membatik. Tempat produksi batiknya sering menjadi workshop membatik, baik untuk anak-anak TK hingga mahasiswa, serta organisasi, namun sementara off karena pandemi.

“Dengan menularkan ilmu itu, saya ingin batik sebagai warisan budaya terus bertahan, ada regenerasi pembatik. Jika nantinya ada kebijakan demikian dari Pemkab, maka timbul pelaku-pelaku UKM baru, dan bisa menyerap tenaga kerja atau memberdayakan masyarakat, serta meningkatkan SDM,” tutur Widi.

Penulis : Eriko Garda Demokrasi
Editor: Amin Nurrokhman

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!