Santri, Pilar Spiritualitas dan Nasionalisme Bangsa
- calendar_month 50 menit yang lalu


Oleh: Slamet Ramudji
Wakil Ketua I DPRD Pemalang, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri sebagai momentum untuk mengenang peran besar kaum santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Hari ini, Rabu 22 Oktober 2025, genap 80 tahun sejak dikumandangkannya Resolusi Jihad oleh Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, pada 22 Oktober 1945.
Seruan jihad fi sabilillah itu menjadi titik awal bangkitnya semangat kaum santri untuk melawan penjajahan Belanda dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kaum santri memiliki kontribusi luar biasa dalam perjuangan bangsa. Mereka tidak hanya turun langsung ke medan laga, tetapi juga berjuang di garis spiritual dan moral.
Di pesantren-pesantren, para kiai menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air yang menjadi fondasi bagi tumbuhnya nasionalisme. Dari sinilah lahir semangat juang yang tak kenal menyerah.
Semangat juang itulah yang menggerakkan rakyat untuk ikut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia.
Pondok pesantren pada masa itu menjadi pusat penyebaran semangat patriotisme. Para santri tidak hanya memegang kitab, tetapi juga mengangkat bambu runcing.
Mereka berjuang dengan tekad dan keikhlasan, menjadikan keimanan sebagai sumber kekuatan dalam melawan penjajah.
Spirit hubbul wathan minal iman — cinta tanah air adalah bagian dari iman — benar-benar mereka wujudkan dalam tindakan nyata.
Peran santri tidak berhenti setelah proklamasi kemerdekaan. Dalam masa pembangunan bangsa, santri terus menjadi penggerak di berbagai bidang: pendidikan, dakwah, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.
- Penulis: Eriko Garda Demokrasi
- Editor: Nia