Persilatan Ragajati Mendaki Gunung Lawu, Napak Tilas Pusat Spiritual di Tanah Jawa
- calendar_month 13 jam yang lalu


Gunung ini dikenal sebagai destinasi favorit pendakian karena pemandangannya yang indah, jalur-jalurnya yang cukup jelas, dan juga menyimpan berbagai mitos serta peninggalan sejarah kuno.
Jalur pendakian yang populer termasuk Cemoro Kandang dan Candi Cetho di Karanganyar, serta Jalur Cemoro Sewu di Magetan.
Salah satu peninggalan leluhur yaitu Paseban Gunung Lawu di Pendapa Agung Wukir Mahendra.
Sebuah bangunan pendapa panggung yang terletak dekat basecamp pendakian Cemoro Kandang, naik sekitar 300 meter.
Tempat ini difungsikan untuk ritual spiritual tanpa harus mendaki ke puncak, dan harus dilaporkan terlebih dahulu kepada pengelola loket pendakian.
Memiliki Niat Baik
Bagi yang berkunjung ke tempat tersebut harus memiliki niat baik, sopan, santun, dan menjaga kebersihan fasilitas serta lingkungan pendapa.
Gunung Lawu dahulu dikenal dengan nama “Wukir Mahendra” atau “Gunung Mahendra”.
Nama ini diyakini berasal dari zaman kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Seiring waktu dan perkembangan bahasa, nama Mahendra berganti menjadi Lawu.
Konon, “Lawu” berasal dari kata “Lawu-lawu”, yang berarti kabut atau awan, menggambarkan kondisi puncak gunung yang sering diselimuti kabut tebal.
Salah satu kisah paling populer tentang Gunung Lawu berkaitan dengan Prabu Brawijaya V, raja terakhir dari Majapahit.
Menurut legenda, setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya memilih mengasingkan diri dan bertapa di Gunung Lawu.
Ia diyakini moksa (menghilang secara spiritual) di tempat ini dan berubah menjadi makhluk gaib bernama Sunan Lawu.
- Penulis: Hoed
- Editor: dwa