Nasib Perajin Bambu di Dukuhsalam Tegal, Plafon Anyaman Bambu Tergantikan Plafon PVC
- calendar_month Jum, 12 Sep 2025


Indra merintis kembali usaha Bambu Wulung Art pada tahun 2014 dengan berbagai inovasi dan pemasaran yang mulai memanfaatkan media sosial dan tidak menyangka bisa bertahan sampai sekarang ini.
Di tempat usahanya bisa memproduksi berbagai kerajinan di antaranya seperti anyaman bambu, tirai bambu, kursi, meja, souvenir, gazebo, saung tempat makan, mug, gelas, tumbler, sendok, sumpit, sedotan, tempat hantaran, besek, pajangan dan masih banyak lagi semuanya berbahan dasar dari bambu.
“Awal saya belajar sendiri dengan melihat kakek dan orangtua saat sedang mengerjakan produk bambu. Saya belajar semuanya seperti menganyam, ngirat atau proses menipiskan menyerut bambu menjadi lembaran tipis, menyulam, finishing, merakit sampai pemasangan dan layak jual. Saat merintis usaha Bambu Wulung Art ini kondisi saya sudah hanya memiliki satu tangan sebelah kanan sedangkan tangan sebelah kiri menggunakan tangan palsu,” beber Indra yang juga tergabung dalam Difabel Slawi Mandiri atau DSM yang merupakan komunitas disabilitas di Kabupaten Tegal itu.
Awalnya dikerjakan seorang diri dan dibantu orangtua. Ketika sedang banyak pesanan, Indra mengaku sejauh ini memilik 30 karyawan. Indra mempekerjakan tetangga sekitar rumahnya untuk membantu proses pengerjaan bambu terutama ketika sedang banyak pesanan.
Sebanyak 30 karyawan ini tidak tetap atau bekerja ketika banyak pesanan saja, tapi ketika kondisinya tidak terlalu ramai dan cenderung sepi maka Indra mengerjakan sendiri dibantu orangtuanya.
Selama menjalankan usahanya Indra mengaku tidak mudah terlebih dengan kondisi keterbatasan fisiknya yang hanya menggunakan satu tangan. Kesulitan dan tantangan yang Indra hadapi terutama saat proses produksi. Indra biasanya memanggil pekerja untuk membantu menyelesaikan.
- Penulis: Guntur
- Editor: Nia