Selasa, 9 Sep 2025
light_mode

Jateng Industrial Belt: Jalan Baru Keluar dari Zona Kemiskinan

  • calendar_month Sel, 26 Agu 2025

Kendal-Batang berpotensi menjadi “inti” baru di Jawa, terutama untuk subsektor garmen-alas kaki-elektronik ringan.

Dani Rodrik mengingatkan: kebijakan industri modern bukan memilih pemenang, tetapi membongkar rintangan, dari izin, logistik, sampai informasi melalui “koordinasi negara–swasta” yang adaptif.

Pemerintah tidak harus menebak industri apa, tetapi memudahkan industri yang muncul dan cepat memperbaiki ketika industri tersebut hadir tidak sesuai dengan kondisi geoekonomi daerah.

Justin Yifu Lin menambahkan dari perspektif New Structural Economics: negara perlu menyelaraskan kebijakan dengan keunggulan komparatif dinamis. Misal, buruh melimpah akan mendorong padat karya dulu, lalu bertahap naik kelas ke padat teknologi.

Itu cocok untuk Jateng, mulai dari alas kaki, garmen, komponen otomotif, lalu naik ke elektronik dan medical devices.

Syarat “Ramah Pabrik”
Di level praksis, Chatib Basri berulang kali menekankan iklim investasi sebagai kunci: bukan cuma tarif pajak, tapi kepastian, kemudahan, dan konsistensi aturan. Tanpa itu, pabrik enggan menancap jangkar, insentif tak akan cukup. Pesan ini penting untuk birokrasi daerah yang memegang “baut-baut kecil” perizinan.

Fakta di lapangan: perizinan daerah sering masih dianggap sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah), sehingga alih-alih meluncurkan, malah menebalkan biaya transaksi. Jika ini tak dibereskan, investor bisa belok ke provinsi tetangga yang lebih “tidak rewel”.

Di sisi lain, perdebatan hilirisasi vs industrialisasi yang diulas Faisal Basri patut jadi rem tangan agar Jateng tidak puas di hulu (ekstraktif) atau sekadar “assembling”. Hilirisasi harus nyata mencetak pabrik bernilai tambah dan tenaga kerja terampil, bukan hanya memindahkan gudang.

Bagikan Ke Teman
  • Penulis: puskapik

Rekomendasi Untuk Anda

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!
expand_less