Pemimpin Substansial: Jalan Sunyi Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Jawa Tengah
- calendar_month Jum, 22 Agu 2025


Dengan demikian, pemimpin populis unggul dalam membangun legitimasi dan dukungan rakyat secara cepat, sedangkan pemimpin substantif unggul dalam menciptakan fondasi pembangunan yang tahan lama.
Prestasi Awal: Substansi yang Diam-diam Hadir
Dalam enam bulan pertama, sejumlah capaian di Jawa Tengah sudah menunjukkan arah tersebut. Tarif Trans Jateng diturunkan menjadi Rp 1.000 bagi buruh, pelajar, veteran, dan lansia. Ini kebijakan kecil tapi sangat bermakna bagi kelompok rentan.
Angka kemiskinan berhasil ditekan hingga 9,48 persen, menggeser posisi Jateng dari nomor dua termiskin di Jawa menjadi nomor tiga. Program perbaikan Rumah Tak Layak Huni mencapai 17 ribu unit, tertinggi di Indonesia.
Di bidang sosial, insentif diberikan kepada 570 penghafal Al-Qur’an dan lebih dari 230 ribu guru keagamaan. Investasi juga menunjukkan catatan positif. Masuknya investasi padat karya menciptakan lapangan kerja baru bagilebih dari 220 ribu orang.
Walaupun rawan PHK di masa krisis, kebijakan ini tetap signifikan sebagai penopang daya serap tenaga kerja.
Dalam konteks Indonesia, beberapa gubernur pernah menempuh jalur serupa. Ganjar Pranowo (Jateng, 2013–2023) sering dicap populis karena gaya komunikasinya dekat dengan rakyat.
Namun di balik itu, kebijakan yang substansial tidak sedikit yang tidak tercover: penguatan desa, integrasi layanan publik, hingga upaya mendorong transparansi APBD.
Rasiyo (Pj Gubernur Jatim 2008–2009) dan Basuki Tjahaja Purnama (DKI, 2014–2017) menunjukkan bahwa kepemimpinan substansial kadang berbenturan dengan resistensi politik. Keduanya mendorong tata kelola pemerintahan lebih transparan, meski citranya tak selalu populer.
- Penulis: puskapik