Akhir Hayat Bupati Pemalang Kyai Makmur, Gugur Ditembak Tentara Belanda
- calendar_month Jum, 15 Agu 2025


Sekitar pukul 9.00 WIB pagi, suara peluit mengomandoi tentara Belanda masuk ke rumah Kyai Makmur. Mereka langsung menggledah rumah. Lemari-lemari dibuka, bahkan pyan (loteng) tak luput dari penggeledahan. Mereka menanyakan saudara Kyai Makmur yang lain dan Menanyakan bambu runcing.
Ketika penggeledahan itu Kyai Makmur akan melaksanakan Salat Dhuha. la mengambil wudhu di kolah (kolam) lalu sholat di ambèn (tempat tidur) di belakang. Tentara Belanda pun menunggu Kyai Makmur melaksanakan salat di sekitarnya. Selesai salat serta dzikir, Kyai Makmur digiring keluar rumah.
Serdadu Belanda juga menggiring adik Kyai Makmur, Romdhon, keluar rumah. Kali ini Kyai Makmur tampak sudah pasrah. Sebelum digiring tentara Belanda ke jalanan, dirinya sempat berwudhu lagi di kolah pondok pesantrennya. Tasbih dan bêntong (tongkat) tidak ketinggalan ia bawa ketika keluar dari rumah.
Sambil berjalan, Kyai Makmur sempat berpesan kepada Aidliyah alias Murah untuk mendoakan dirinya dengan kalimat zikir, sebelum digiring ke jalanan oleh pasukan tentara Belanda.
“Rah, aku mangkat ya, kowen maca subhanallah, alhamdulillah, Iailah ha illallah, Allah hu Akbar, tekan engko ya.” pesan Kyai Makmur kepada Murah
(Rah, saya berangkat ya, kamu baca subhanallah, alhamdulillah, Iailah ha illallah, Allah hu Akbar, sampai nanti ya) – lantunan zikir yang biasa dibacakan orang Islam di Jawa saat mengiring jenazah menuju pemakaman.
Kyai Makmur lalu digiring ke jalanan (kini Jalan Kolonel Sugiono) bersama adiknya, Romdhon. Keduanya digelandang 20 tentara Belanda dengan senjara laras panjang siap tembak. Mereka digiring ke utara dan di pertigaan Beji belok ke barat sekitar 1 kilometer jauhnya.
- Penulis: puskapik