Selasa, 30 Sep 2025
light_mode

Kyai Makmur : Bupati Pemalang Penentang Belanda

  • calendar_month Kam, 14 Agu 2025

“Waktu itu beliau ngucap ‘Bocah kok rame temen, kiye mengko bakale ana apa?’ (Anak-anak kok ramai benar, ini nanti mau ada apa?”). Beliau ngerasa sedih.” ungkap Agus Bazi Rahardjo.

Apa yang menjadi firasat Kyai Makmur menjadi nyata. Tentara Belanda datang menduduki wilayah-wilayah di Indonesia, tepatnya mulai 21 Juli 1947. Peristiwa ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I atau Operatie Product (Operasi Produk). Operasi militer Belanda ini kembali mengancam Kemerdekaan Indonesia.

Kabupaten Pemalang pun tak luput dari operasi militer Belanda itu. Para tentara Belanda datang dari arah Cirebon, terus bergerak ke timur setelah menduduki Bandung dan Jakarta. Pada 31 Juli 1947 di tengah bulan Ramadhan, mereka bergerak menembus Kabupaten Pemalang melalui Kedungjati – Sumberharjo.

Esok harinya, tanggal 1 Agustus 1947, hari Jum`at Kliwon, bertepatan dengan tanggal 14 Ramadhan 1366, pasukan Belanda yang
lain dari Tegal bergerak menuju Pemalang melewat jalan pantura. Pasukan Belanda dengan menggunakan kendaraan lapis baja seperti tank dan panser bergerak perlahan-lahan menuju Kota Pemalang.

Suasana mencekam menyelimuti Kabupaten Pemalang malam itu. Di langit, pesawat tempur cocor merah tentara Belanda meraung-raung dan menembaki secara brutal. Ketika pasukan tentara Belanda masih berada di Pelawangan, Kyai Makmur bersama adiknya, Romdhon keluar dari Pendopo Kabupaten Pemalang.

Pagi-pagi benar keduanya menuju Masjid Agung Pemalang yang berada di sebelah Timur Alun-alun. Mereka sempat bertemu Masduki, salah seorang Komandan Regu Laskar Hizbullah Pemalang. Sementara kerabat sekaligus pembantu, Khariroh dan anak-anak Kyai Makmur diungsikan ke rumah Khariroh di Kebondalem.

Bagikan Ke Teman
  • Penulis: puskapik

Rekomendasi Untuk Anda

error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!
expand_less