Proyek Penghijauan di Atas Zona TPST Bantargebang Dinilai Kontroversial
- calendar_month Jum, 14 Feb 2020

FOTO/PUSKAPIK/ISTIMEWA

BEKASI (PUSKAPIK)-Proyek-proyek kontroversial di atas zona-zona tumpukan sampah TPST Bantargebang, menjadi tanda tanya besar dan harus menjadi perhatian rakyat DKI Jakarta dan Kota Bekasi, terutama warga sekitar TPST Bantargebang. Zaman semakin maju, tapi masih ada proyek kontroversial.
Statememen itu dikemukakan Bagong Suyoto Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNas) dan Dewan Pembina Koalisi KAWALI Indonesia Lestari. “Sepintas saja melihat sejumlah tanaman mayoritas bambu di atas zona-zona tumpukan sampah TPST Bantargebang, sudah ditemukan keanehan. Hampir semua mati, mungkin 80-90% dari total tanaman bambu itu mati, tampak menguning dan kecoklatan. Meskipun hujan sering turun tetapi tanaman bambu itu malah mati. Tampaknya tidak ada perawatan, tidak ada kegiatan sulam atau mengganti tanaman mati. Tanaman di atas zona-zona yang penuh sampah dan leachate itu dibiarkan begitu saja,” kata Bagong kepada Puskapik, Jumat malam (14/2/2020)
Proyek penghijauan tersebut, kata Bagong, merupakan bagian proyek perlindungan, pengelolaan dan pemulihan lingkungan hidup di sekitar TPST Bantargebang. Proyek penghijauan itu menelan anggaran beberapa miliar rupiah. Ada yang bilang, Rp 4,5 miliar. Belum lagi proyek sumur pantau, penerangan jalan dan lainnya.
Dalam otoritas TPST Bantargebang terdapat sejumlah proyek di luar kewenangannya. Sangat disayangkan uang APBD Provinsi DKI Jakarta hanya dihambur-hamburkan begitu saja. Lalu, bagaimana pertanggungjawaban pada public atau rakyat DKI Jakarta.
“Ternyata proyek penghijauan itu bukan proyek pengelola TPST Bantargebang atau Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Ingat proyek itu bukan proyek institusi DKI Jakarta. Lalu siapa yang punya proyek dan beberapa proyek di dalam otoritas wilayah TPST Bantargebang? Setelah diselidiki, bahwa proyek itu milik SKPD di bawah Pemerintah Kota Bekasi. Anggarannya berupa dana kemitraan yang bersumber dari APBD DKI Jakarta, “papar Bagong.
- Penulis: puskapik