Nostalgia Jajanan Gemblong Bakar Legendaris di Sudut Kota Pemalang
- calendar_month Ming, 13 Jul 2025


“Sehari kalau lagi rame ya bisa habis sampai 6 kilogram ubi, kalau sepi ya 2,5 kilogram.” tuturnya.
Setiap hari, mulai pukul 17.00 hingga 21.00 WIB, Kholidin setia menggelar dagangannya. Ia berangkat dari rumahnya di Kelurahan Kebondalem, mengayuh sepeda tuanya dengan membawa perlengkapan berjualan di bagian belakang.
Sepeda itu sudah menjadi sahabat setia yang menemaninya menyusuri jalanan Kota Ikhlas sejak belasan tahun lalu.
Tak sedikit orang yang menjadi pelanggan gemblong bakar Kholidin. Mereka datang bukan hanya karena rasanya yang khas, tetapi juga karena ingin merasakan suasana nostalgia yang dibawa setiap gigitan gemblong bakar itu.
Bagi sebagian orang, gemblong ini bukan sekadar makanan—melainkan kenangan akan kampung halaman, masa kecil, dan kesederhanaan hidup.
Di tengah gempuran makanan modern dan tren kuliner kekinian, keberadaan Kholidin dan gemblong bakarnya seperti oase. Ia menunjukkan bahwa rasa, ketekunan, dan kesederhanaan punya tempat tersendiri di hati masyarakat. **
- Penulis: puskapik