PUSKAPIK.COM, Brebes – Pagi yang cerah di Alun-alun Brebes, Minggu 15 Juni 2025, jadi saksi bahwa kepemimpinan bukan soal jabatan, tapi tentang langkah nyata.
Ribuan orang memenuhi jalan kota dalam Brebes Soekarno Fun Run 5K, namun sorotan utama tertuju pada satu hal: Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma, ikut berlari bersama warganya, bukan sekadar berdiri di panggung kehormatan.
“Ini bukan tentang siapa tercepat. Ini tentang kita berlari bersama, berdiri di atas kaki sendiri, seperti pesan Bung Karno yang terus relevan,” ujar Paramitha penuh semangat, didampingi adiknya, Anggota DPR RI Shintya Sandra Kusuma.
Fun Run kali ini bukan lomba biasa. Dengan rute lima kilometer menyusuri jantung kota, sebanyak 1.500 peserta dari berbagai latar belakang berbaur jadi satu dalam semangat nasionalisme. Mereka bukan hanya berkeringat, tapi membawa pesan kuat: kita satu bangsa, satu langkah, satu cita-cita.
“Saya ingin hadir bukan sebagai pejabat, tapi sebagai bagian dari warga Brebes yang ingin sehat dan bahagia bersama,” ujar Paramitha dengan senyum dan napas masih tersengal usai menyentuh garis akhir.
Tak ada sekat. Tak ada protokol yang kaku. Hanya deretan tawa, semangat, dan peluh kebersamaan. Anak-anak melambai-lambaikan bendera kecil merah putih. Orang tua memberi tepuk tangan. Di beberapa titik, musik tradisional mengiringi langkah para pelari.
“Melihat Bu Bupati ikut lari, kami merasa dihargai. Rasanya beda. Lebih semangat, karena beliau ada bersama kami,” kata Deni, pelajar SMK yang ikut berlari.
Acara ini juga jadi peringatan Bulan Bung Karno dengan cara yang segar: menghidupkan nilai “Trisakti”—berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya—dalam format kekinian yang merangkul semua kalangan.
Dan satu hal yang tak bisa diabaikan: langkah sang bupati adalah simbol. Ia tidak menonton dari balik barikade. Ia hadir, berkeringat, tersenyum, dan menempuh jalan yang sama seperti rakyatnya.
“Bung Karno pernah bilang, bangsa besar adalah yang tak melupakan sejarah. Hari ini kami tidak sekadar mengenang. Kami hidupkan semangat itu lewat kaki kami sendiri,” ucap Marlin, salah satu peserta yang berlari bersama istrinya
Acara selesai. Tapi jejak pesan kepemimpinan yang membumi itu tertinggal kuat. Pemimpin sejati memang bukan yang berdiri di garis akhir sambil memberi ucapan selamat. Tapi yang memilih berlari di tengah rakyat, merasakan jalan yang sama, dan menjadi bagian dari perjuangan itu sendiri. **
Berita Lainnya di SMPANTURA.NEWS :
