Puskesmas Batang Jemput Bola Skrining Talasemia ke Sekolah untuk Cegah Kasus Baru
- calendar_month Sel, 6 Mei 2025


Menurut Didiet, kelas 7 dipilih karena pada usia ini informasi mengenai status kesehatan anak lebih akurat untuk dilakukan intervensi dini. Informasi dari Kemenkes, paling efektif memang dilakukan pada anak kelas 7. Karena itu, nanti pihak Puskesmas akan datang langsung ke sekolah atau jemput bola.
“Tidak hanya anak SMP, ke depan skrining juga akan menyasar anak-anak usia 6 tahun. Prosesnya pun sudah terintegrasi dengan sistem digital. Hasil laboratorium akan muncul dalam bentuk rapor kesehatan yang dikirim ke orang tua atau wali murid melalui nomor WhatsApp, NIK, maupun kontak guru sekolah,” terangnya.
Didiet menyebutkan, kalau ada kendala NIK atau KTP, nanti kita tetap bisa terbitkan rapornya. Nomor telepon orang tua atau guru akan digunakan untuk mengirimkan hasilnya. Dinas Kesehatan juga sedang menghitung berapa jumlah siswa yang akan menjadi sasaran awal program ini dari total 21 Puskesmas yang tersebar di Kabupaten Batang.
Data awal skrining anemia akan menjadi dasar untuk menentukan siapa saja yang perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan.
“Kita mulai dulu dengan rapid-nya. Kalau dari situ ketahuan anemia, langsung lanjut dengan pemeriksaan darah lengkap saat reagent datang. Lewat program ini, Kabupaten Batang bergerak serius dalam upaya mencegah lahirnya generasi baru penderita talasemia. Deteksi dini adalah langkah kecil, tapi dampaknya bisa menyelamatkan masa depan ribuan anak,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Talasemia Indonesia (POPTI) Batang Nety Widjayanti membuka, fakta bahwa hingga kini sudah ada 41 penyandang talasemia yang terdata di wilayahnya. Dari jumlah itu, 27 merupakan anak-anak, sementara 14 sisanya adalah orang dewasa.
- Penulis: puskapik