Pil Pahit Pilkada
- calendar_month Sen, 10 Feb 2020


Pesta demokrasi lima tahunan di Kabupaten Pemalang 2020 mendatang, memang masih menghitung bilangan bulan. Tetapi kata ‘Pilbup’, ‘Pilkada’, ‘coblosan’, akan mulai sering membombardir ruang-ruang publik, utamanya media sosial. Karena pemungutan suara pada 23 September 2020, bagi para ‘pemain’ politik, itu waktu yang sebentar lagi.
Bersamaan dengan Pemalang, Kota dan Kabupaten Pekalongan juga punya hajat yang sama di Tahun 2020 ini.
Selalu ada kekuatan entah dari absurditas politik, yang sengaja atau tidak, mau tak mau, suka tak suka, akan mengkotak-kotakkan wong pesisir utara barat ini, dalam berbagai frame.
Ada kelompok masyarakat yang sangat berkepentingan dengan hajat suksesi lima tahunan itu. Kelompok ini secara sistemik menebar pengaruh, propaganda dan menggiring opini publik, untuk merebut simpati. Ujungnya, memenangi suksesi. Menikmati madu kekuasaan untuk lima tahun ke depan.
Pemilihan Bupati (Pilbup), Pemilihan Walikota (Pilwalkot), bagi kelompok ini, menjadi maha penting. Karena efek dan hasilnya sangat berpengaruh bagi mereka. Kelompok yang dalam kacamata pragmatis sebenarnya minoritas ini berstatus subyek dalam hajat Pilkada.
Ada lagi kelompok yang apatis dengan gempita Pilkada. Ini kelompok yang sulit dijangkau oleh pengaruh, penggiringan opini dan iming-iming materi. Kelompok ini memandang suksesi lima tahunan sebagai hal biasa.
Meskipun di Pemalang dan Pekalongan jumlahnya sulit dipastikan, ini kelompok yang seringkali disebut floating mass (massa mengambang). Ini kelompok yang tidak tersentuh dan tidak berusaha bersentuhan dengan riuh suksesi. Kongkretnya, bisa jadi, ini kelompok masyarakat yang masuk golongan putih (golput) secara ‘ideologis’.
- Penulis: puskapik