Lakon Wayang ‘Parikesit Jumeneng Noto’, Cara Mansur Gambarkan Kondisi Pemalang

Advertisement

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Musik gamelan seketika mengalun saat Plt Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, menyerahkan wayang kulit kepada Ki Sigit Wardoyo. Dalang asal Ampelgading Pemalang itu didawuh Mansur memainkan lakon “Parikesit Jumeneng Noto”.

Pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang digelar di Halaman Parkir Kantor Bupati Pemalang, Jumat malam 25 Agustus 2023 itu pun dimulai. Enam sinden yang berjejer di kanan panggung sontak melantunkan lagu-lagu gending Jawa menjadi tanda pra-cerita.

Tangan lincah Ki Sigit Wardoyo membuka lakon dengan dua gunungan wayang kulit. Warga masyarakat yang berbondong-bondong datang pun sibuk mencari tempat dengan posisi ternyaman untuk menyaksikan sang dalang memainkan lakon permintaan khusus dari Mansur Hidayat itu.

Sekilas, pagelaran wayang kulit di depan pusat Pemerintahan Kabupaten Pemalang ini tak ada bedanya dari pagelaran-pagelaran wayang kulit lainnya. Namun jika ditelisik, pagelaran wayang kulit malam itu cukup menyiratkan makna mendalam bagi yang mengamatinya.

Lakon parikesit jumeneng noto seolah menggambarkan kondisi Kabupaten Pemalang yang belakangan morat-marit lantaran banyaknya pejabat yang tersandung kasus korupsi suap jual beli jabatan. Mereka pun harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dalam ceritanya, parikesit jumeneng noto sendiri mengisahkan Parikesit yang lahir setelah perang Baratayuda. Anak dari Abimanyu dan Dewi Utari itu merupakan satu-satunya keturunan Pandawa yang selamat dari Baratayuda. Ia mewarisi tahta Astina dari kakeknya, Yudistira.

Parikesit lantas berusaha keras membangun lagi kerajaannya.

Sekelumit sinopsis lakon wayang parikesit jumeneng noto itu pun Mansur sampaikan di hadapan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Pemalang dan warga masyarakat yang hadir menyaksikan pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini.

“Kalau kita bicara Pemalang, agar Pemalang menjadi lebih baik.” jelas Mansur.

Membangun pemerintahan yang baik, kata Mansur, harus dimulai dengan etos kerja yang baik pula. Disamping itu, penataan birokrat juga menjadi kunci dari upaya tersebut. Para pejabat harus ditempatkan sesuai pada bidang dan kemampuannya.

“Jangan sampai menempatkan orang pada tempat yang salah, akibatnya akan hancur dengan sendirinya. Sehingga, kedepan ayo kita tata SDM (Sumber Daya Manusia) Pemalang ini.” tegas Mansur.

Pagelaran wayangan semalam suntuk yang menjadi media sosialisasi menggempur peredaran rokok ilegal itu turut diselingi penjelasan mengenai bahaya rokok ilegal oleh BEA Cukai Tegal. Penonton juga diberi pemahaman mengenai ciri-ciri rokok ilegal.

Penonton dihibur dengan penampilan lawak Cak Gothang dan Indah dari Banyuwangi serta Ciblek dari Banyumas. Tingkah lucu dan lawakan mereka mengundang gelak tawa penonton.

Penulis : Eriko Garda Demokrasi

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!