Generasi Milenial dalam Pusaran Pilkada Serentak

Advertisement

Oleh : Tulus JePe

PERAN generasi milenial dalam menghadapi Pilkada serentak menjadi sorotan oleh banyak kalangan. Kenapa? dari hasil survei yang ada, partisipasi politik generasi milenial tentu sangat berpengaruh karena dari persentase jumlah pemilih, generasi milenial menyumbang suara cukup banyak dalam keberlangsungan Pilkada di tahun 2020 ini.

Nyatanya di angka 54 % Peserta Pemilih Pilkada serentak di Kabupaten Pemalang yang akan dilaksanakan pada bulan desember nanti telah mendominasi, diunggah puskapik.com Kamis, 29 Oktober 2020 | 18:16 WIB).

Di tahun 2020 inilah momentum politik yang membutuhkan peran generasi milenial yang cakap di media, tanggap, dan kreatif. Langkah-langkah kongkret dan strategis generasi milenial dalam mengisi pesta demokrasi dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya mendorong gerakan anti-Golput atau kampanye hashtag yang positif demi Pilkada berkualitas dan Cerdas di Kabupaten Pemalang.

Bahkan tidak menutup kemungkinan generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat di berbagai kalangan akhir-akhir ini, mulai dari segi pendidikan, teknologi, politik, maupun moral dan budayanya. Generasi milenial juga disebut dengan Generasi Y, sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang-orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an. Artinya generasi milenial adalah generasi muda yang berumur 17-37 pada tahun ini.

Banyak cara yang dilakukan oleh para generasi milenial untuk ikut serta dalam mengisi dan keikutsertaan dalam menyalurkan hak suaranya, Generasi milenial yang juga memiliki ciri khas tersendiri, mereka lahir pada saat TV sudah berwarna, handphone semakin canggih, serta fasilitas internet yang sudah masif diperkenalkan, sehingga tidak heran jika generasi milenial ini sangat mahir dalam teknologi.

Karena posisi generasi milenial sangat diperhitungkan pada Pilkada di berbagai daerah. Generasi melineal yang ada juga sebagai bagian dari penentu arah kemajuan dan keberhasilan demokrasi dalam menghadapi pesta demokrasi dalam hal ini Pilkada Serentak yang akan dilaksanakan pada bulan Desember tahun ini di Kabupaten Pemalang.

Maka dengan hadirnya generasi milenial di pesta demokrasi Pilkada serentak ini juga sebagai bargaining position bagi para milenial dalam menentukan pilihannya, bagi siapa saja calonnya ketika bisa mewujudkan suara perubahan atau bisa mengendorsement dari permintaan milenial untuk kemajuan daerahnya, dialah calon bupati & wakil bupati yang bisa terbuka dan tahu posisi dari Generasi Milenial sebagai penentu dan penyokong dari hasil pilkada nantinya.

Karena tidak bisa dipungkiri, dengan pesat dan majunya sebuah teknologi dan sebuah peradaban teknologi segala informasi yang ada sangatlah mudah kita dapat, inilah perbedaan antara generasi Y dan generasi X, karena kewajiban dari kaum milenial akhir-akhir ini adalah memegang kendali dalam dunia politik. Bahkan mereka juga bersikap aktif dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang ada ketika suaranya sudah tidak didengarkan bahkan tidak sungkan-sungkannya mereka mengeluarkan steatment yang apatis kepada pemerintah yang lebih mementingkan kepentingan politik golongannya ketimbang kepentingan publik/masyarakat.

Dari situlah generasi milenial tidak akan berdiam diri dan mengiyakan semua tindakan politik pemerintahan. Akan tetapi mereka akan mengkritik ketika ada calon yang merasa didukungnya tidak berjalan sesuai suara yang telah disepakati (bergaining politik) itu akan terkesan dan jelas menghambat keterlibatan pemuda/milenial dengan ideologi yang dibawa oleh para milenial.

Salah satu hal penting yang kerap terjadi pada pelaksanaan Pilkada adalah soal perebutan kekuasaan yang bisa melahirkan persaudaraan atau bahkan bisa menimbulkan permusuhan, karena keduanya mudah sekali terjadi.

Sekalipun, dalam politik tidak ada kawan baik maupun musuh abadi, semua hal itu bisa terjadi, tergantung permainan waktu dan kepentingannya.

Karena banyak politisi yang ada semula lawan sekarang bisa menjadi kawan politik begitu juga sebaliknya, maka dari itu sebagai generasi milenial sudah saatnya menjadi pemilih cerdas dan kritis, karena modal dalam maju di perhelatan pesta demokrasi itu tidak cukup dengan melihat dari track recordnya saja ataupun dari hasil kekayaan pribadinya saja ataupun yang lainnya, akan tetapi bagaimana calon bupati & wakil bupati nantinya akan memaparkan sebuah visi dan misinya untuk dapat dipaparkan atau dikenalkan depan para generasi milenial untuk membawa kebijakannya demi kemajuan daerahnya dan warga masyarakatnya ketika mereka menduduki kursi singgasana.

Mari kita jadikan pesta demokrasi Pilkada 2020 di kabupaten pemalang ini menjadi sebuah momentum demokrasi yang berintegritas dan cerdas dalam memilih.

Karena demokrasi tidak hanya cukup dibeli dengan uang ataupun yang lainnya, karena demokrasi yang sebenarnya adalah sebuah bentuk pemerintahan di mana semua warganya memiliki hak setara dan hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karena semua itu tidak lepas dari prinsip demokrasi yang ada.

Materi dan isi opini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis (Redaksi)

 

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!