Telur Asin, Makanan Khas Brebes dari Tradisi China
- calendar_month Jum, 16 Okt 2020

FOTO/PUSKAPIK/ISTIMEWA

“Karena kita ketahui, selepas revolusi periode tahun 1945 sampai menjelang 1950, kondisi ekonomi saat itu dalam masa transisi setelah adanya dekolonisasi. Nah telur asin yang sudah awet ini menjadi bagian ekonomi substansi masyarakat Tionghoa. Lama kelamaan, telur asin ini kemudian memiliki aspek ekonomis. Nah tahun 1950an ini mereka baru memulai untuk mengkomersilkan telur asin,” ulas dia.
Masyarakat Brebes mulai mengenal telur asin baru tahun 1960 an. Tidak hanya peranakan Tionghoa, masyarakat pribumi juga sudah banyak yang mengenal cara pembuatan telur asin.
“Awalnya dari warga pribumi yang dipekerjakan untuk membuat telur asin oleh masyarakat Tionghoa. Setelah menyerap ilmunya mereka membuat sendiri dan terus berkembang sampai sekarang,” beber Wijanarto.
Dengan makin banyaknya masyarakat yang membuat telur asin, maka banyak bermunculan pengusaha makanan ini. Tidak hanya Tionghoa, masyarakat pribumi juga banyak yang menjadi pengusaha telur asin. Sejak saat itulah, Brebes mulai dikenal sebagai kota penghasil telur asin.
Brebes sebagai penghasil telur asin diuntungkan dengan adanya jalur deandles atau yang dikenal dengan pantura. Jalur ini menghubungkan kota kota besar yang ada di pulau Jawa. Kampung kampung Pecinan dan kampung lain yang memproduksi telur asin berada tidak jauh dari jalur ini.
“Setelah pantura, kemudian berkembang ke daerah tengah setelah dibukanya jalur tengah. Di situ muncul gerai gerai telur asin yang menjadi sarana promosi dan terus berkembang hingga saat ini,” sambung dia.
- Penulis: puskapik