Lestarikan Tosan Aji, Pecinta Keris Tegal Gelar Pameran
- calendar_month Sab, 22 Agu 2020

FOTO/PUSKAPIK/WIJAYANTO

“Kata syirik itu harus kita hilangkan. Karena syirik itu adalah dari manusianya saja, menganggap suatu benda apakah ke arah syirik atau bukam,” tegas Agus.
Agus membeberkan, keris disebut sebagai sebuah karya seni adiluhung karena dibuat dengan sangat detail, teliti dan indah. Padahal, pada jaman dulu para empu hanya menggunakan peralatan manual untuk membuat satu bilah keris.
“Leluhur kita membuat sebilah keris begitu detail. Yang mana dulu belum ada peralatan modern,” ujar DC, panggilan akrab Agus
Selain untuk melestarikan seni budaya, imbuh Agus, pameran dan bursa keris ini sekaligus untuk menggunggah minat generasi muda mencintai warisan budaya nenek moyang. Agus kawatir, jika tidak ada yang mendorong generasi muda untuk mencintai budaya bangsa sendiri, maka akan banyak budaya adiluhung warisan leluhur yang akan punah.
“Harus ada yang mendorong terus menerus melestarikan warisan budaya bangsa. Salah satunya ya keris,” ujar Agus.
Supriyanto (40), salah satu peserta pameran mengatakan, Ia menyukai keris bukan karena mitos mejik atau klenik, namun semata-mata karena melihat keris dari sisi estetika serta benda yang memiliki nilai sejarah tinggi. Selai itu, Keris juga bisa mendatangkan manfaat dari sisi ekonomi.
“Saya suka nilai seninya saja selain sebagai benda warisan budaya. Sekarang ini Keris juga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi sehingga memicu munculnya Empu empu,” kata Supriyanto
Ditanya soal berapa standar harga keris, Supriyanto, menjawab diplomatis, bahwa keris tidak memiliki patokan harga yang pasti.
- Penulis: puskapik