Didesak Wali Murid, Satu SMP di Brebes ‘Nekat’ Pembelajaran Tatap Muka

Advertisement

PUSKAPIK.COM, Brebes – Atas desakan wali murid salah satu SMP Negeri di Jatibarang, Brebes, menggelar pelajaran tatap muka (PTM) secara ‘sembunyi-sembunyi’ selama hampir tiga pecan.

SMP Negeri 2 Jatibarang, satu satunya sekolah yang berani menggelar kegiatan belajar dengan tatap muka. Wakil Kepala SMP Negeri 2 Jatibarang, Iman Rifai Rabu 4 Agustus 2020) siang mengaku, PTM ini digelar karena desakan dari sebagian besar orang tua atau wali murid. Mereka meminta agar pihak sekolah membuka kembali kelas untuk belajar tatap muka.

“Kami semua sebenarnya sangat menyadari, saat ini masih dalam masa pandemi. Seharusnya pembelajaran dilakukan secara daring. Namun pada kenyataanya, daring tidak bisa berjalan lancar. Sehingga banyak orang tua meminta ke kami supaya tatap muka. Bahkan sudah menandatangani surat penrnyataan,” ungkap Iman Rifai.

Alasan mereka meminta agar sekolah kembali membuka kelas adalah ketersediaan jaringan internet di tempat tinggal siswa. Di sekolah ini, banyak siswa tinggal di daerah yang belum terjangkau jaringan internet. Kalaupun ada jaringan, itupun sangat lemah dan tidak bisa mendukung siswa belajar daring.

Alasan lain dan paling krusial adalah banyak siswa yang tidak memiliki HP atau laptop. Menurut pihak sekolah, tidak sedikit murid di SMP Negeri 2 Jatibarang ini berasal dari keluarga tidak mampu atau menengah ke bawah.

Wakasek meneruskan, dari 960 siswa, ada sekitar 10 sampai 15 persen yang tidak memiliki HP. Mereka rata-rata dari kalangan keluarga tidak mampu atau menengah ke bawah.

“Jika membantu paket kuota untuk siswa itu bisa diambil dari dana BOS. Tapi jika harus membelikan siswa HP sebanyak 100 atau 150 unit untuk siswa, itu jelas menyalahi aturan,” tambahnya

Agar tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak Gugus Tugas COVID-19, pihak sekolah sengaja menggelar PTM ini secara sembunyi sembunyi. Caranya, siswa tidak diperbolehkan mengenakan seragam saat berangkat sekolah.

“Terus terang, ini sudah hampir tiga minggu berjalan. Sengaja kami belajar sembunyi-sembunyi. Siswa tidak boleh pakai seragam. Sebelum ketahuan, tidak ada yang tahu bahwa di sini ada tatap muka, termasuk dari Gugus Tugas Kecamatan. Kami khawatir akan jadi masalah,” Iman Rifai menambahkan.

Pembelajaran tatap muka di sekolah ini, lanjut Wakasek, dilakukan dengan cara bergiliran. Shift pertama kelas 7 masuk jam 07.00 dan pulang 09.30. Kelas 8 masuk 08.00 sampai 10.30 dan kelas 9 masuk jam 08.30 sampai 11.30.

“Kami menerapkan protokol kesehatan. Wajib masker dan cuci tangan. Setiap kelas juga maksimal diisi 16 orang karena bergliran. Setiap minggu siswa berangkat tiga kali,” terang Wakasek.

Ditemui usai pelajaran, Siti Husnul Khotimah, siswi kelas 7 asal Desa Bulakpacing mengaku senang bisa kembali sekolah. Alasanya, siswi ini tidak bisa mengikuti pelajaran daring karena tidak memiliki HP android.

“Senang aja bisa sekolah lagi, ketemu teman teman. Kalau belajar dari rumah, saya tidak bisa ikut karena tidak punya android,” ucapnya.

Sementara, sejumlah orang yang ditemui saat jemput anaknya mengatakan, PTM ini memang atas permintaan wali murid.
Sugiarteni (45) warga Desa Klampis menjelaskan, Alfrisco Eki Satrio Legowo, anaknya, tidak bisa mengikuti proses belajar jarak jauh.

“Saya salah satu yang minta tatap muka. Proses belajar di rumah, anak saya kesulitan. Banyak hal yang kurang bisa dipahami. Malah sempat anak minta supaya ada kelas privat, tapi saya tidak punya uang untuk bayar pengajar,” kata dia beralasan.

Kontributor : Fahri Latief
Editor : Amin Nurrokhman

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to top
error: Konten dilindungi oleh Hak Cipta!!