PUSKAPIK.COM, Pemalang – Warga Desa Penggarit memilih untuk mengelola sampah rumah tangganya menjadi pakan ternak hingga pupuk dalam menghadapi kondisi darurat sampah yang belakangan menjadi momok di Kabupaten Pemalang.
Gerakan mengelola sampah rumah tangga itu didukung pemerintah desa dengan mengedukasi tiap-tiap warganya. Kesadaran untuk memilah sampah disebut jadi kunci keberhasilan mengatasi masalah sampah.
Kepala Desa Penggarit, Imam Wibowo, menuturkan, pemerintah desanya kini tengah getol mengedukasi dan menggerakkan warganya untuk mengelola sampah rumah tangga masing-masing agar mengurangi volume sampah di TPS.
Baca Juga
“Memang untuk sekaligus 100% itu tidak bisa, harus bertahap kita edukasi warga agar pilah sampah di rumah. RT-RT kami sudah sepakat untuk kebijakan pilah sampah itu.” kata Imam, Jumat (3/1/2025).
Dalam mendorong kesadaran masyarakat agar mau memilah sampah pun butuh aturan yang tegas. Salah satunya, sampah rumah tangga tak akan diangkut petugas kebersihan jika sampah organik dan an-organik masih tercampur.
“Ya, konsekuensinya itu, saya minta ke petugas kebersihan agar sampah rumah yang tidak dipilah jangan diangkut. Kan sebetulnya mudah, masyarakat tinggal menyediakan dua tempat sampah.” ujarnya.
Khusus sampah organik, kata Imam, pemerintah desa mengedukasi warganya agar sampah dari sisa makanan dijadikan pakan alternatif ternak, seperti ternak ayam.
“Jadi sisa makanan seperti nasi atau lauk itu tinggal dicampur dengan air leri (air cucian beras) nanti secara otomatis akan terfermentasi, kalau pengen cepat lagi ditambah cairan EM4, tinggal tambah bekatul, sudah jadi pakan.” jelas Imam.
Lebih jauh, dalam pengolahan sampah organik untuk alternatif ternak itu, Pemerintah Desa Penggarit juga bakal memberi dukungan dengan memberikan bibit ayam kepada warganya lewat program ketahanan pangan.
“Tahun ini program ketahanan pangan itu saya belikan bibit ayam, nanti pakannya ya dari itu hasil pengolahan sampah. Ini bisa diadopsi Pemkab agar seluruh desa menerapkan program ini.” terangnya.
Sementara untuk sampah an-organik seperti botol-botol plastik, kata Imam, dibeli BUMDes.
“Sampah itu nanti ditimbang ada nilainya. Kecuali sampah-sampah seperti pampers, popok, itu dibakar di TPST desa kami. Sampah sisa pilah bisa diproses menjadi liquid smoke pengganti pestisida ataupun biochar sebagai pupuk.” jelasnya.
Maka itu, menurut Imam, persoalan darurat sampah di Kabupaten Pemalang hanya bisa rampung jika semua warga masyarakat memiliki kesadaran untuk mengelola dan mengolah sampah rumah tangganya masing-masing. (**)
Baca Juga