Angka Kemiskinan di Jateng Turun

0
Pj Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Herru Setiadhie pada dialog di TVRI Jateng, Jumat (10/01/2020), (Foto:Puskapik/dok Humas Pemprov Jateng)

SEMARANG (PSKAPIK) – Angka kemiskinan di Jawa Tengah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terus menunjukkan penurunan. Pada September 2018 lalu, kemiskinan Jateng berada di angka 11,3 persen atau 3,89 juta orang. Pada Maret 2019, sudah menurun menjadi 10,8 persen atau 3,74 juta orang.

Meski turun, angka kemiskinan tersebut masih di bawah rata-rata nasional yang sebesar 9,41 persen. Karenanya, saat menjadi narasumber Dialog Khazanah Ulama dan Umaro di TVRI Jateng, Jumat (10/01/2020), Pj Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Herru Setiadhie menyampaikan, Pemprov Jateng masih terus bekerja keras agar kemiskinan dapat ditekan sekecil mungkin.

Dikutip dari website humasjatengprov.go.id, Herru mengatakan, yang perlu dicermati dalam upaya pengentasan kemiskinan, di antaranya cara meningkatkan pendapatan bagi kepala keluarga yang belum sejahtera. Pemprov juga akan memfasilitasi peningkatkan skill melalui penyelenggaraan pelatihan, akses modal tanpa jaminan dan bunga murah, serta bantuan peralatan kerja.

Keluarga pra sejahtera, imbuhnya, harus dibantu pula dengan mengurangi beban pengeluaran keluarganya. Beberapa caranya, pemerintah memberikan bantuan pendidikan bagi anak-anak keluarga pra sejahtera usia sekolah, dan meng-cover jaminan kesehatannya.

“Untuk menyediakan lapangan kerja, Jateng berupaya menarik banyak investasi. Alhamdulillah, situasi Jateng aman dan nyaman, sehingga sejuk untuk investasi. Nek ana masalah bisa dirembug, dirembung. Tidak jadi ramai,” tuturnya.

Dana Baznas

Berikutnya, Pemprov Jateng akan menggandeng komunitas untuk membangun kesadaran berwirausaha. Salah satu komunitas yang digandeng adalah kaum muda pondok pesantren.

“Bagaimana membangun entrepreneurship di kalangan pesantren. Antara lain bantuan ternak, dan bicara retail, ada toko santri gayeng,” tandasnya.

Penurunan kemiskinan Jateng, juga banyak dibantu oleh Baznas Jateng. Ketua Baznas Jateng KH Ahmad Darodji menuturkan, 60 persen dana Baznas dimanfaatkan untuk pengentasan kemiskinan.

Pihaknya mengelompokkan kemiskinan menjadi dua kategori. Yakni miskin konsumtif yang artinya masyarakat yang sudah tidak bisa mencari nafkah karena keterbatasannya (lansia, cacat tetap) dan miskin produktif.

“Untuk miskin konsumtif bisa kita beri bantuan misalnya kursi roda, rumah yang mau ambruk dan kaki palsu. Dana yang dialokasikan untuk miskin konsumtif ini 20 persen. Sementara untuk miskin produktif sebanyak 40 persen,” katanya.

Porsi miskin produktif, lanjutnya, wujudnya berupa berbagai pelatihan. Antara lain membuat kue, budidaya ikan, budidaya cacing sutera, dan pelatihan tenaga konstruksi. Untuk pelatihan tenaga konstruksi, setelah lulus mereka mendapatkan sertifikat.

“Ini nampaknya baru kita. Tukang ini tukang yang bersertifikat. Sudah ada yang kita kirim ke luar negeri. Philipina, Thailand, dan Arab Saudi. Artinya kita sudah ekspor tenaga kerja ke luar negeri,” ucapnya.

Ditambahkan, kebutuhan tenaga konstruksi Indonesia mencapai 400 ribu. Tapi Indonesia baru memiliki 22 ribu. Artinya ini menjadi kontribusi Baznas, baik untuk mengentaskan kemiskinan maupun pemenuhan kebutuhan tenaga konstruksi.(AR)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini