Cerita Tafsir, Sukarela Jaga Perlintasan Kereta Api di Beji Pemalang

0

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Ketika kereta api terlihat dari kejauhan hendak melintas, Tafsir (67) bergegas menutup palang pintu perlintasan kereta api di Jalan Pancabakti, Kelurahan Beji, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang.

Sudah hampir 3 tahun ini pria 67 tahun asal Kelurahan Beji itu mengabdikan dirinya demi keselamatan masyarakat yang menyeberangi perlintasan kereta api di perbatasan Kelurahan Beji dan Desa Kabunan tersebut.

Tiap harinya, Tafsir berangkat menjaga perlintasan kereta api sejak dini hari, pukul 03.00 WIB. Tafsir memberikan rasa aman bagi masyarakat yang hendak beraktivitas kala menyeberangi perlintasan kereta api.

“Penjaga pintu perlintasan ini ada 6 orang, jaganya bergantian. Mulai sejak pagi kereta pertama saya harus sudah jaga di pintu, kalau tidak bahaya nanti bisa ada kecelakaan.” tutur Tafsir kepada Puskapik.com, Selasa 31 Mei 2022.

Tafsir mengaku menjalani pekerjaan ini secara sukarela dan ikhlas demi membantu keselamatan masyarakat. Tafsir sendiri mendapat insentif dari Pemerintah Desa Kabunan sebesar Rp 600 ribu per-bulan, namun besar kecil insentif tak jadi soal.

“Saya dan teman-teman ikhlas kok berapapun insentifnya. Kadang kalau penyeberang ada yang ngasih ya kami terima, kalo enggak ada ya enggak apa-apa. Enggak maksa.” jelasnya.

Diketahui, dahulu kerap terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api itu, sebelum adanya palang pintu. Hingga akhirnya perlintasan kereta api tersebut dipasang palang pintu dan dijaga petugas sukarelawan seperti Tafsir.

“Kalau kecelakaan sih belum ada sampai sekarang, sudah 3 tahun ini. Ya jangan sampai ada kecelakaan lah.” ungkapnya.

Selama menjalani pekerjaan ini, kata Tafsir, terkadang cuaca kerap menjadi kendala. Terutama saat turun hujan, kedatangan kereta sulit diprediksi mata tuanya dari kejauhan. Beruntung lampu terang kereta api bisa membantu memberikan sinyal.

“Makanya sih saya berharap sehat saja supaya tidak ada kecelakaan. Kami benar jaga dan jangan sampai kecelakaan.” terangnya.

Dalam sehari, terkadang Tafsir dan rekan-rekannya mendapat saweran dari penyeberang. Uang tersebut dibagi rata. “Saya paling sehari bawa pulang Rp 50 ribu, lumayan buat keluarga.” tandasnya.

Penulis : Rizaldi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini