KORAL Edukasi Warga Tegal Cara Selamat dari Gigitan Ular

0
Komunitas Reptil Tegal (KORAL) menggelar sosialisasi seluk-beluk ular di Desa Dukuhsalam, Kabupaten Tegal, Minggu (5/01/2020). FOTO/ISTIMEWA

TEGAL (PUSKAPIK) – Fenomena temuan ular kobra di permukiman warga sejumlah daerah di Tanah Air dalam beberapa hari belakangan ini mendorong para reptiler di Tegal melakukan edukasi kepada warga. Mereka yang tergabung dalam wadah Komunitas Reptil Tegal (KORAL) menggelar acara tersebut di Desa Dukuhsalam Kabupaten Tegal, Minggu (5/01/2020).

Kegiatan tersebut mendapat sambutan antusias dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Acara sosialisasi berlangsung menarik karena dikemas dalam bentuk kontes berbagai macam jenis ular, mulai dari ular tidak berbisa, ular berbisa sedang hingga mematikan. Golongan ular tak berbisa antara lain ular phyton albino, sanca dan ular air. Sedangkan golongan ular berbisa sedang ada ular cincin emas atau ular belang dan ular Pohon. Sementara untuk golongan ular berbisa mematikan ada ular kobra.

Warga sempat dibuat takut saat satu per satu ular dikeluarkan dari tempatnya, terlebih ketika tiba giliran ular kobra. “Awas jangan terlalu dekat ya. Ini ular sangat berbahaya dan mematikan,” ujar salah seorang reptiler sambil membuka kandang berisi ular kobra.

Kegiatan ini dilangsungkan untuk mengedukasi warga tentang seluk-beluk ular. Mulai dari mengenali jenis-jenis ular berbisa atau tidak, cara memperlakukan ular, serta cara pertolongan pertama jika terkena gigitan ular atau semburan bisa Ular.

“Tujuan kegiatan ini untuk mengedukasi warga, sehingga mencegah jatuhnya korban akibat gigitan ular, serta bagaimana mengenali jenis ular dan perlakuannya,” ujar Theda Hadidiwijaya, salah satu reptiler yang menggagas acara ini.

Menurut Theda, tidak semua ular mengandalkan racun sebagai alat pertahanan diri. Ular phyton contohnya, membunuh mangsanya bukan dengan bisa tapi menggunakan lilitan yang sangat kuat. Selain dari bentuk fisik, kadar racun bisa ular juga bisa diketahui dari pola bekas gigitannya. “Jika bekas gigitannya berbentuk titik dua dipastikan itu ada racun yang kuat. Tapi, jika bekas gigitan berbentuk huruf U, tak ada racun,” ungkap Theda.

Jika terkena gigitan ular berbisa, tambah Theda, upayakan jangan banyak melakukan gerakan agar racun tidak cepat menyebar. “Sebagai pertolongan pertama jika digigit ular, jangan melakukan gerakan-gerakan. Kemudian segera ke rumah sakit,” katanya.

Dalam kegiatan ini juga diperagakan cara memberikan pertolongan pada korban gigitan ular berbisa, yakni dengan membuat gip darurat menggunakan bambu yang diikat kencang pada tangan atau kaki yang terkena gigitan. Gip darurat ini untuk menahan agar tidak terjadi gerakan-gerakan yang bisa memicu Imobilitas atau kondisi fatal karena sebaran racun ke dalam tubuh. “Bisa ular tidak akan menyebar jika tidak dirangsang oleh gerakan-gerakan pada daerah yang terkena gigitan,” ujar Theda.

Selain cara pertolongan pertama pada korban gigitan ular, para reptiler juga mengajari bagaimana cara menangkap Ular dengan meminimalkan risiko. Di antaranya menggunakan kayu bercabang dua untuk mencepit kepala ular, menggunakan jerat tali dan besi yang dibuat melengkung pada ujungnya. “Kalau tidak bisa mengatasi ular jangan mengambil risiko. Lebih baik segera hubungi ahlinya,” kata Agung, salah satu reptiler lain yang ikut mengisi acara tersebut.

Menanggapi maraknya fenomena kemunculan ular kobra akhir-akhir ini, Theda Hadiwijaya menyebut sebagai hal yang lumrah. “Ini bukan serangan Kobra. Ini (bulan Desember) memang masanya telur ular kobra menetas,” katanya.

Kenapa saat ini Ular banyak ditemukan di Permukiman? “Karena predator ular sepertu burung hantu, elang, musang saat ini semakin sedikit populasinya,” ujar Theda menjawab pertanyaannya sendiri.

“Yang penting kalau ketemu Ular jangan dibunuh. Kalau bisa diusir atau ditangkap lalu kembalikan ke habitatnya. Hal itu untuk menjada keseimbangan alam,” pungkas pria berkacamata tersebut. (AR)