Hujan Tangis Iringi Pemakaman Mahasiswa Banjarnegara Tewas di Goa Lele

0
Suasana haru mewarnai pemakaman Ainan Fatmatuzzaroh, mahasiswa Unsika di Desa Boja Negara, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Senin (23/12/2019) malam. FOTO/IST

BANJARNEGARA (PUSKAPIK) – Ainan Fatmatuzzaroh, mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) meninggal dunia lantaran terjebak di Goa Lele, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin (23/12/2019) dini hari kemarin. Warga Desa Bojanegara, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara tersebut telah dimakamkan di kampung halaman, tadi malam.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Ainan tewas bersama dua temannya, Erisa Rifan (20) dan Alief Rindu (19), warga Bogor saat mengikuti pendidikan lanjutan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unsika bersama anggota lainnya. Saat kegiatan, Minggu (22/12/2019) pukul 13.00 WIB, hujan deras mengguyur lokasi pelatihan. Ketiganya terjebak di dalam Goa Lele lantaran air keburu masuk dan memenuhi ruangan goa.

Upaya evakuasi telah dilakukan tak setelah tiga mahasiswa terjebak di Goa Lele. Namun petugas di lapangan kesulitan sehingga meminta bantuan ke Kantor Badan SAR Nasional Bandung. Satu tim rescue akhirnya dikirim ke lokasi kejadian untuk melakukan evakuasi korban.

Kepala Kantor Basarnas Bandung Deden Ridwansyah mengatakan, korban pertama yang berhasil dievakuasi adalah Erisa Rifan pada Senin (23/12/2019) pukul 04.25 WIB. Korban Erisa ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi korban Alief Rindu pada pukul 05.30 WIB. Korban Alief juga telah meninggal dunia saat ditemukan.

“Terakhir korban Ainan Fatimatuzahro pada pukul 06.00 WIB berhasil dievakuasi tim SAR gabungan, juga meninggal dunia. Seluruh korban kemudian dibawa ke RSUD Karawang untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” kata Deden dalam rilis Humas Basarnas Bandung, Senin (23/12/2019).

Setelah diperiksa, ketiga jenazah korban Goa Lele kemudian dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. Jenazah Ainan sampai di rumah duka di Desa Bojanegara, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara, Senin (23/12/2019) malam dan langsung dimakamkan.

Isak tangis mewarnai pemakaman Ainan. Seluruh keluarga kaget dengan kepergian Ainan karena sehari sebelumnya masih sempat berkomunikasi dengan Ainan.

“Kami tidak menyangka Ainan akan pergi secepat ini. Dia sempat komunikasi sehari sebelum kejadian, dan mengaku akan pulang. Korban memang suka sekali dengan kegiatan pecinta alam sejak dia sekolah,” kata Hudi, paman korban.

Ainan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dalam kesehariannya, korban merupakan anak yang alim dan cenderung kalem. Ainan telah menyukai alam sejak SMU. “Sebenarnya anaknya kalem dan alim. Mungkin karena ini terkait hobi. Sekarang baru masuk kuliah semester 1,” katanya.

Kerabat Ainan, Kukuh Harsono menyayangkan kegiatan Mapala yang dilakukan saat musim hujan. “Kami tidak tahu kondisi di sana, tetapi musim seperti ini harusnya bisa melihat cuaca,” katanya.

Kukuh yang juga pecinta alam ini menuturkan, jika melihat cuaca saat ini semestinya kegiatan caving atau susur gua bisa diundur waktunya atau dialihkan dengan kegiatan lain. Mengingat saat ini sudah memasuki musim hujan.

“Kegiatan bisa dialihkan dengan kegiatan lain atau diundur waktunya. Apalagi gua itu tempat tertutup, seandainya air masuk mau bagaimana,” katanya. (FM)