Masker Candradimuka, Membantu Pemulihan Sesak Napas akibat Covid 19

0
Direktur RSI Banjarnegara dr Agus Ujianto saat menjelaskan temuan masker candradimuka. FOTO/PUSKAPIK/IST

PUSKAPIK.COM, Banjarnegara – Di masa pandemi, tenaga kesehatan dituntut untuk melakukan inovasi-inovasi guna membantu masyarakat. Seperti Rumah Sakit Islam Banjarnegara yang membuat masker Candradimuka. Masker ini diharapkan mampu membantu pemulihan pasien yang mengalami sesak napas akibat Covid-19.

Masker ini berbahan dasar masker 3M yang biasa dipakai tukang cat atau laboratorium. Oleh Tim Litbang RSI Banjarnegara masker sederhana itu dimodifikasi menggunakan sentuhan teknologi nebulizer dan untuk terapi inhalasi atau pernapasan.

Untuk diketahui, nebulizer adalah alat yang mengubah obat cair menjadi uap untuk dihirup ke dalam paru-paru. Fungsi nebulizer adalah untuk melegakan saluran napas yang menyempit.

Direktur RSI Banjarnegara dr Agus Ujianto menjelaskan, alat temuannya itu memiliki prinsip mengubah cairan seperti minyak ecaliptus (minyak kayu putih) atau lainnya diubah menjadi uap yang bisa dihisap melalui hidung dan jalur pernapasan sebagai terapi yang bersifat melegakan.

Dalam alat tersebut ada rangkaian elektronik, yang menggunakan daya baterai dan bisa di-charge berulang, dan sebuah rangkaian elektronik yang mengeluarkan gelombang ultrasonik, yang mampu memecah partikel uap menjadi ukuran sekitar 5 mikro. Sehingga yang dihisap tubuh sesuai dengan kebutuhan tubuh, berimbas melegakan pernafasan. Sesuai prinsip nebulizer.

“Jadi alat ini bukan obat Covid, tapi sebagai salah satu alat terapi inhalasi menggunakan metode nebulizer. Tetapi alat ini tidak membakar cairan yang menjadi uap, atau dipanaskan, seperti halnya vape, namun ada gelombang ultrasonik yang memecah partikel itu menjadi uap,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya kepada Puskapik, Rabu, 28 Juli 2021.

Agus Setyawan, warga Banyumas melakukan terapi menggunakan inhalasi nebulizer ultrasonik masker Candradimuka. FOTO/IST

Agus menegaskan, minyak yang digunakan bisa minyak kayu putih, atau minyak lainnya. Jika di luar negeri ada terapi menggunakan obat-obatan lainnya.
Untuk proses pembuatannya, ia mengaku menghabiskan dana sekitar Rp10 juta, menghasilkan empat alat serupa. Jika masuk produksi massal, dirinya yakin akan bisa jauh lebih murah.

Agus berharap ke depan masih ada penambahan dan penyempurnaan alat tersebut, misalnya ditambah dengan selang oksigen yang mampu mendorong masuk uap tersebut, serta ada selang untuk buangannya.

Sementara, dokter spesialis anastesi RSI Banjarnegara dr Anantya Hari Wibowo mengatakan, prinsipnya adalah masker, dan nebulizer menggunakan gelombang ultrasonik, yang menghasilkan aerosol. Prinsipnya sama seperti alat nebulizer pada umumnya. Namun ada modifikasi menggunakan gelombang ultrasonik yang mampu menghasilkan molekul yang kecil dan mampu diserap langsung inhalasi masuk jalan napas lebih nyaman

“Ke depan pengembangannya bagi pasien TBC, PPOK dan lainnya diharapkan terbantu menggunakan alat terapi ini. Selain itu juga bisa dikembangkan bisa menggunakan obat-obatan mampu melonggarkan jalan napas, dan juga bisa digunakan untuk membantu pengenceran dahak, pasien bisa lega dan dahak bisa keluar. Tim akan berusaha mengembangkannjuga menggunakan bahan bahan tradisional,” kata dr Anantya.

Untuk diketahui, alat ini sudah melakukan beberapa kali percobaan kepada beberapa orang, di antaranya penyintas Covid-19. Ada manfaat langsung yang dirasakan pasien.

Salah satunya bernama Agus Setyawan, warga Banyumas yang diterapi menggunakan inhalasi nebulizer ultrasonik masker Candradimuka ini.

“Setelah hari ke enam saya menggunakan alat ini, alat ini simpel sekali bisa dibawa ke mana mana. Dan juga segar setelah menggunakannya. Selain itu, napas menjadi lega, dan dahak banyak yang keluar,” kata Agus Setyawan.

Penulis: Faisal M
Editor: Faisal M

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini