Sampah Plastik Ternyata Bisa Jadi Kerajinan, Begini Caranya

0
FOTO/PUSKAPIK/ISTIMEWA

PUSKAPIK.COM, Purwokerto– 27 Warga Desa Karanggintung, Sumbang, Banyumas, mengikuti pelatihan pemanfaatan sampah plastik, Senin 22 Maret 2021. Acara yang digelar Pusat Studi Biosains Maritim (PSBM) Unsoed Purwokerto dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas itu, sebagai aksi PSBM untuk perairan bebas sampah.

Selain narasumber dari peneliti PSBM Unsoed, pelatihan yang digelar di aula Balai Desa Karanggintung itu juga menghadirkan Kepala Seksi Peningkatan Kinerja Persampahan DLH Banyumas, Aris Afandi, ST, MT.

Narasumber khusus pengrajin plastik Ny Robbyana yang memberikan materi pelatihan ‘pembuatan tas dan kerajinan dari sampah plastik’, mengajak peserta pelatihan menekuni kerajinan sampah plastik.

“Barang-barang seperti bungkus kopi dan tutup botol air mineral masih bisa kita manfaatkan untuk membuat tas yang bernilai ekonomi,” kata Robbyana.

Ketua PSBM Unsoed, Dr Maria Dyah Nur Meinita, M.Sc mengatakan, pelatihan digelar sebagai respon atas persoalan sampah plastik yang sudah menjadi isu nasional dan internasional, sekaligus sebagai rangkaian kegiatan dalam rangka hari Air sedunia yang jatuh pada hari ini, 22 maret.

Dr Nuning Vita Hidayati, salah satu peneliti PSBM yang concern terhadap persoalan sampah plastik, mengatakan, Indonesia negara kedua di dunia setelah Tiongkok yang mengalami darurat sampah plastik. Sungguh memprihatinkan.

“Ini harus menjadi persoalan semua elemen masyarakat. Maka pelatihan ini dimaksudkan, agar tercipta budaya sadar sampah plastik,” kata Nuning.

Kepala Desa Karang Gintung, Harsiyadi, menambahkan, pihaknya mengundang PSBM Unsoed karena ingin membantu masyarakat lebih kreatif dalam mengolah sampah plastik, sekaligus menciptakan lingkungan desa yang bersih.

Sementara itu, Aris dari DLH mengatakan, Banyumas saat ini darurat sampah. Tiap hari ada sekitar 52 truk sampah yang terangkut.

“Pada Tahun ini DLH ditargetkan untuk mengurangi volume sampah menjadi maksimum 15 truk per hari yang nantinya akan diproses di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE). Oleh karenanya, perlu upaya sadar kita bersama untuk mengatasi persoalan ini”, tambah Aris.

Ibu Tri Wahyuni, salah seorang peserta pelatihan, mengaku senang dan antusias mengikuti pelatihan. “Sangat bermanfaat. Saya akan membuat kerajinan dari sampah plastik lebih banyak,” ujarnya.

Penulis: Amin Nurrokhman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini