Menilik Sentra Kerajinan Gerabah di Pelutan Pemalang

0
Nurohim (69) Salah satu pengrajin gerabah di kawasan setempat Ialah Nurohim (69), di RT 08 RW 08, Jalan Nusa Indah Kelurahan Pelutan,Pemalang. Sedang menjelaskan proses pembuatan gerabah, sambil membuat asbak. FOTO/PUSKAPIK/ERIKO GARDA DEMOKRASI

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Perabotan tradisional seperti cobek, kendil, gogok, serta padasan dari tanah liat (gerabah) pastinya masih banyak kita jumpai dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Rupanya, Kabupaten Pemalang juga termasuk penghasil kerajinan gerabah.

Sentra kerajinan gerabah di Kota Grombyang ini, tepatnya berada di Jalan Nusa Indah, Kelurahan Pelutan, Kecamatan Pemalang.

Salah satu perajin gerabah di kawasan setempat Ialah Nurohim (69), di RT 08/RW 08, Jalan Nusa Indah Kelurahan Pelutan, Pemalang. Usaha kerajinan tanah liat ini, dijalaninya sejak 2004.

“Tadinya saya belajar dulu bikin pot, di kawasan belakang Polsek Pemalang, tapi udah gulung tikar. Belajar setengah tahun, kemudian mulai usaha mandiri,” kata Nurohim, Minggu, 10 Januari 2021.

Produk gerabah yang dihasilkan Nurohim pun bermacam-macam, mulai dari pot, asbak, tempat makan kelinci, pancuran air, cobek, kendil, gogok, padasan, tungku, dan masih banyak lainnya. Selain membuat secara mandiri, Nurohim juga pengepul hasil kerajinan warga sekitar.

“Kalau pengrajin di sini banyak, tapi orangnya sudah tua-tua. Tapi kalau yang punya tungku pembakaran hanya beberapa, sekitar 8,” tutur Nurohim, sambil membuat asbak.

Produk-produk gerabah buatan warga Pelutan ini, kata Rohim, sudah terkenal dan melancong ke berbagai kota. Seperti kota-kota sekitar Kabupaten Pemalang, juga ke Jakarta, Bandung, bahkan ke daerah Sulawesi.

“Rame-ramenya itu dulu tahun 2008, waktu lagi tren bunga gelombang cinta pot laris manis, bahkan pembeli sampai antre,” ungkap Nurohim.

Belakangan ini, selama pandemi Covid-19 penjualan pot juga melonjak drastis. Bahkan, stok pot yang belum laku sejak 3 sampai 4 tahun lalu, laris manis diborong.

Selain pot, produk yang kini tengah ramai dibeli adalah wadah makanan kelinci. Sampai-sampai, Nurohim mengaku kewalahan melayani konsumen.

Nurohim menjelaskan, proses pembuatan kerajinan gerabah mulai dari pembuatan hingga pembakaran ini memakan waktu cukup lama, paling cepat sekitar 15 hari. Proses pembakaran sendiri hanya memakan waktu sehari semalam.

“Itu kan kumpulin dulu, sampai penuh se-tungku, nanti baru dibakar. Cepat-cepatnya setengah bulan, kalau musim hujan begini agak lambat, kalau musim kemarau bisa cepat,” kata Nurohim.

Proses pembuatan tiap-tiap produk pun memakan waktu masing masing, sesuai bentuk dan ukuran.

Harga produk kerajinan gerabah buatan Nurohim sendiri cukup terjangkau. Misalnya pot, untuk ukuran standar mulai dari terkecil diameter 20 sampai dengan 45 sentimeter, dibanderol Rp10.000 hingga Rp22.000. Konsumen juga bisa memesan ukuran lainnya, yang lebih besar maupun kecil dari ukuran standar yang ditawarkan.

Penulis: Eriko Garda Demokrasi
Editoe: Faisal M

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini