Unik, di Pemalang, Sarapan Serabi Dipadu Tempe Goreng

0
Rohayah (50) penjual Serabi Tempe di Desa Gunungsari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.FOTO/PUSKAPIK/ERIKO GARDA DEMOKRASI

PUSKAPIK.COM, Pemalang – Masyarakat pastinya sudah tak asing lagi dengan jajanan tradisional Indonesia, serabi. Jajanan yang berbahan dasar tepung beras ini, biasanya marak kita jumpai dijual di tepian jalan pedesaan dengan wajan mungil tanah liat yang khas.

Ada variasi unik sajian serabi di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Jika lazimnya serabi disajikan dengan kuah santan, beda halnya di Desa Gunungsari,Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Masyarakat Desa yang berada tepat dibawah kaki Gunung Slamet ini, biasa menyantap Serabi dengan ditemani gorengan tempe.

Penjual serabi tempe yang terkenal di desa tersebut adalah Rohayah (50), RT 03 RW 02 Dusun Sibedil. Di gubuk kecil samping rumahnya, Rohayah dibantu sang suami, Kusnaedi (50), menjalani usahanya ini sejak 7 tahun lalu. Setiap hari, jelang tengah malam, keduanya sudah sibuk meracik adonan serabi.

“Kalau sudah mulai masak, biasanya sudah ada orang yang datang. Sampai subuh nanti, ada juga yang ngambil dagangan dari sini, dijual keliling, ada dua orang,” kata Rohayah, Sabtu 24 Oktober 2020.

Bahkan, pelanggannya bukan hanya warga setempat, banyak juga warga desa lain yang sengaja datang untuk sekedar membeli serabi tempe ini. Kusnaedi menuturkan, tak jarang, Serabi Tempe buatannya dipesan untuk hidangan acara Tahlil dan Yasin.

“Masyarakat sini kan mayoritas petani, kalau subuh waktu mau berangkat ke kebun, biasanya mampir beli Serabi Tempe buat bekal. Ya buat sarapan, pengganti nasi, kalau enggak ada nasi ya makannya ini,” tutur Kusnaedi, sambil memasak gorengan.

Baik serabi maupun Tempe, harganya relatif murah, satuannya hanya 500 Rupiah. Sehari, Rohaya dan Kusnaedi bisa menghabiskan lebih dari 7 Kilogram tepung beras dan 15 bungkus tempe.

“Sehari hasilnya ya enggak mesti, kadang Rp 350.000, kadang juga Rp 250.000.” ungkap Rohayah.

Untuk mempertahankan cita rasa tradisional, gorengan pelengkap serabi dimasak menggunakan tungku kayu bakar. Selain itu, menurut Kusnaedi, memasak dengan kayu bakar juga menghemat biaya.

“Pakainya kayu kopi, dari kebun saya sendiri. Desa sini kan juga penghasil kopi, banyak kebun kopi,” kata Kusnaedi.

Diakui Imron, warga setempat, yang saat itu tengah menunggu serabi tempe dimasak. Ia sering membeli serabi tempe ini untuk sarapan serta suguhan tamu.

“Kadang kalau tengah malem lagi kumpul-kumpul sama teman ya makannya ini, buat cemilan ngobrol. Kalau pagi buat sarapan, enaknya sambil minum teh anget,” tutur Imron.

Meski saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19, namun Rohaya dan Kusnaedi mengaku, pandemi tak berdampak buruk kepada usahanya.

Penulis : Eriko Garda Demokrasi
Editor : Amin Nurrokhman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini