Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Teknologi atau Pedagogik?

0

Oleh: Herry Dwi Leksono*

Pandemi Covid-19 telah membatasi semua kegiatan termasuk di antaranya pendidikan. Awalnya hanya sekolah yang berada di zona hijau saja yang boleh melakukan pembelajaran tatap muka, selebihnya sekolah yang berada di zona kuning, orange dan merah harus belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh.

Meskipun belakangan sekolah yang berada di zona kuning juga diperbolehkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Namun sejauh ini sepertinya sekolah masih menunggu keadaan benar-benar aman untuk memulai pembelajaran tatap muka dan lebih memilih pembelajaran jarak jauh.

Hal ini menyebabkan seluruh insan pendidikan utamanya guru tergopoh-gopoh menyiapkan pembelajaran jarak jauh. Diselenggarakan webminar dan workshop-workshop online dimana-mana baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta untuk membahas dan menyiapkan pembelajaran jarak jauh ini. Pelatihan-pelatihan TIK diselenggarakan dan diikuti oleh guru untuk bisa menyiapkan pembelajaran jarak jauh sebelum masuk tahun ajaran baru kemarin.

Namun dari riset yang dilakukan Kemendikbud bulan April lalu ditemukan fakta bahwa sebagian guru hanya memindahkan pembelajaran dari sekolah ke rumah. Pola pembelajaran masih sama seperti di sekolah mulai dari jam 7:00 masuk absensi siswa pemberian materi pemberian tugas, jam istirahat kemudian seterusnya sampai jam pulang.

Pembelajaran jarak jauh sperti ini dirasakan sama membosankanya dengan pembelajaran di sekolah. Dari sisi guru pembelajaran jarak jauh ini juga membuat beban kerja semakin tinggi ditambah dengan problem lain seperti paket data, siswa yang tidak semuanya memiliki handphone, dan beragam komentar dari orang tua siswa yang mempertanyakan efektifitas pembelajaran jarak jauh.
Sebenarnya apa sih salah? Gurunya, teknologinya, atau pembelajaranya? Menurut Dr Catherine McClellan Director of Assessment and Psychometric Research, Australian Council for Educational and Research dalam penggunaan teknologi pada pembelajaran ada tiga proses tahapan yaitu punya, guna dan integrasi. Mungkin apa yang kita lakukan selama ini masih sebatas menggunakan teknologi saja, teknologi belum diintegarasikan dengan baik dalam pembelajaran jarak jauh.

Bagaimanapun juga inti dari sebuah pembelajaran terletak pada aspek pedagogiknya. Dalam wikipedia pedagogik adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru, hal ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Berkaitan dengan penilaian kinerja guru ada 7 aspek dan 45 indikator yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik yang mutlak harus dikuasai guru yaitu : menguasai karakteristik siswa, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi siswa, komunikasi dengan siswa, penilaian dan evaluasi.

Untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran adalah dengan cara menentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaranya aspek-aspek pedagogiknya. Setelah kita menentukan tujuan pembelejaran dan aspek-aspek pedagogik barulah kita menentukan teknologi apa yang digunakan dalam membantu proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan demikian diharapkan BDR benar-benar menjadi Belajar Dari Rumah bukan Belajar Di Rumah, semoga.

*Penulis adalah Guru SMK Negeri 1 Petarukan
Materi da nisi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini